Jakarta (ANTARA News) – Hampir semua orang tahu diet sehat itu artinya banyak mengonsumsi buah dan sayuran dan mengurangi gula dan gorengan. Namun, tak banyak yang tahu bahwa intensitas asupan makanandan seberapa cepa pola makan juga berpengaruh pada kesehatan.

“Metabolisme tubuh dapat dibandingkan dengan perapian. Harus diisi ulang secara teratur agar bekerja dengan baik,” jelas Heiko Griguhn, seperti dilansir dpa, Sabtu.

Oleh karena itu, sambungnya, ia merekomendasikan agar makan dalam tempo yang sering—bisa lima hingga tujuh kali sehari, bila Anda suka.

Griguhn mengatakan bahwa orang yang ingin menurunkan berat badan kerap membuat kesalahan dan jarang makan. Setelah jeda yang panjang tanpa asupan makanan, tubuh mulai mencoba menghemat energi dengan mengurangi jumlah kalori yang terbakar.

Selain itu, jika Anda pulang kerja karena kelaparan, Anda cenderung makan makanan cepat saji atau permen. Griguhn menyarankan agar cukup makan camilan di sore hari untuk menghindari gula darah rendah.

Tidak mengherankan, terdapat pendapat yang berbeda-beda pada frekuensi makan yang optimal. Beberapa orang bersumpah dengan berpuasa berselang, sementara yang lainnya menyukai tiga kali makan setiap hari. German Nutrition Society (DGE) tidak membuat rekomendasi mengenai masalah ini, mengatakan bahwa penelitian tidak menyakinkan.

Yang jelas, untuk memertahankan berat badan yang sehat, penting untuk tidak mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang Anda bakar. Griguhn mengatakan penting untuk membuat pilihan camilan yang bijak. "Porsi kecil sayuran atau camilan lainnya boleh di sela sarapan, makan siang, dan makan malam," ujarnya.

Makan sehat tidak hanya melibatkan "apa" dan "seberapa sering", tetapi juga "bagaimana". Banyak dari kita diberitahu di masa kecil, "Jangan makan begitu cepat!"

Baca juga: Ibu berperan penting membentuk kebiasaan makan anak

Nafsu makan dan rasa kenyang diatur oleh otak - lebih tepatnya, oleh kelenjar hipofisis di dasarnya, kata ahli gizi Birgit Schramm. Tubuh melepaskan pembawa pesan kimia (chemical messengers) yang memberitahu otak ketika asupan makanan telah tercukupi.

"Makan secara perlahan membuat otak lebih gampang menerima sinyal kenyang yang dikirim oleh tubuh," katanya. Proses ini terhambat dengan makan cepat, atau dengan "ngemil" - makan banyak makanan ringan di antara waktu makan.

"Dan mengunyah adalah persiapan untuk pencernaan. Potongan makanan harus dipecah oleh zat kimia di perut dan usus kecil. Itu membuat perbedaan apakah Anda menelan sepotong besar wortel atau mengunyahnya dengan benar terlebih dahulu," Schramm.

Para ahli merekomendasikan untuk mengunyah setiap suapan makanan sebanyak 15 hingga 30 kali. Untuk melakukan ini, Anda harus memberi cukup waktu untuk makan, tentu saja. Schramm merekomendasikan 15 hingga 20 menit untuk makan siang yang tepat, dan sekitar lima hingga delapan menit untuk sandwich, misalnya.

Penting juga untuk minum banyak cairan, termasuk saat makan. Ahli gizi Manuela Martin mengatakan,"Ini mensimulasikan produksi pencernaan. Dan makanan yang mengandung serat makanan bisa lebih baik dicerna dengan air yang cukup."

Tetapi jangan menelan makanan yang Anda gigit dengan minuman Anda, jika tidak, Anda mungkin tidak cukup mengunyahnya, katanya. Lebih baik berhenti makan sejenak sebelum Anda minum, dan kemudian melanjutkan makan.

Baca juga: Resolusi untuk kesehatan bisa dimulai dari hal kecil, apa saja?

Penerjemah: Anggarini Paramita
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019