"Dimensi kepemimpinan politik Jokowi-Ma'ruf menekankan pada aspek kerja sehingga membuat kepemimpinannya adalah kepemimpinan transformatif yang berorientasi pada kerja untuk menciptakan perubahan dan transformaaj di segala matra," kata Direktur LPI Boni Hargens di Jakarta, Jumat.
Hal itu dikatakannya dalam Pemaparan Proyeksi Indonesia Pasca 2019 di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan strategi kampanye Jokowi-Ma'ruf yang menggunakan pendekatan kampanye positif mencerminkan pemerintahan kedepan dibangun atas optimisme dan membawa Indonesia level lebih tinggi di kawasan dan dunia.
Menurut dia, partai pendukung Jokowi-Ma'ruf adalah partai nasionalis yang mengusung wacana politik kebangsaan yang berorientasi pada pembangunan integrasi sosial atas dasar Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika.
"Hal ini akan membentuk kepemimpinan yang nasionalis dan inklusif," katanya.
Boni mengatakan dimensi kepemimpinan politik Prabowo-Sandi sangat kuat dalam retorika ketika berkampanye, dan mereka berhasil membangun persepsi masyarakat secara cepat dan "mengobok-obok" emosi kolektif masyarakat.
Menurut dia, hal itu positif untuk memenangkan pertarungan politik namun negatif karena akan melahirkan pemerintahan yang ahli berbicara bukan ahli bekerja.
"Pendekatan 'negative campaign' yang dalam praktek berubah menjadi 'black campaign' merupakan petunjuk bahwa Prabowo-Sandi akan mengikat dukungan politik atas dasar keprihatinan, keresahan, kecemasan, dan kebencian pada lawan politik sehingga jika menang adalah kepemimpinan berbasis emosi dan pesimisme," ujarnya.
Boni menilai dukungan ormas garis keras, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan cendana merupakan indikasi kuat Prabowo-Sandi akan mendaur ulang orde baru lebih buruk karena ada percampuran rezim otoriter dan pro-khilafah.
Dia mengatakan, sisi positifnya Prabowo-Sandi bisa menjadi pemimpin yang membakar emosi rakyat dalam melawan musuh dari luar meskipun akan cenderung mengabaikan adanya kehancuran karena kerusakan dari dalam.
"Dengan kata lain kepemimpinan yang lahir nantinya adalah kepemimpinan keras yang melihat ke luar namun gagal melihat ke dalam," katanya.
Kajian LPI itu menggunakan metode kualitatif sederhana dengan pengumpulan data primer dan sekunder dari Oktober hingga Desember 2018.
Analisis menggunakan metode coding untuk memudahkan analisis dalam menentukan topik atau kesimpulan yang bisa ditarik dari setiap kategori isu.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019