New York (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Pemerintah RI tidak ingin terjebak dalam dikotomi pembahasan mengenai perubahan iklim antara dua sisi kepentingan di dunia. Pernyataan itu dikemukakan oleh Presiden Yudhoyono setelah mendengarkan laporan para pejabat perwakilan RI di luar negeri mengenai persiapan partisipasi Indonesia dalam acara sidang umum ke-62 PBB di New York, di Hotel Millennium UN Plaza, Minggu malam waktu setempat atau Senin pagi waktu Indonesia. Kepala Negara mengakui bahwa saat ini ada dua pandangan mengenai arti penting perubahan iklim. Ada yang menganggap perubahan iklim bukan ancaman tetapi ada yang berpendapat, kalau tidak sekarang terlambat, tidak selamatlah dunia. Indonesia, lanjut Presiden, tidak ingin terjebak dalam dikotomi tersebut. "Yang jelas kita sendiri sudah menderita akibat dampak dari perubahan iklim," kata Presiden Yudhoyono merujuk pada banyaknya bencana kekeringan, banjir, longsor, dan gelombang laut yang melanda sejumlah daerah. Oleh karena itu, kata Presiden, Pemerintah Indonesia memilih untuk melakukan sesuatu guna menyelamatkan bumi dari kerusakan yang makin meluas. Perubahan iklim menjadi tema utama sidang umum ke-62 PBB selain diselenggarakannya sejumlah acara lain yang bertema lingkungan di sela-sela sidang rutin itu. "Tujuan kehadiran kita dalam forum-forum tersebut sangat jelas, yakni memperkuat posisi Indonesia. Dengan makin kuatnya posisi ini, kita akan mendapatkan benefit yang konkret dari kerjasama global." katanya. Sementara itu peran aktif Indonesia dalam mendorong dunia untuk memberikan perhatian lebih pada isu lingkungan dan perubahan iklim antara lain dilakukan dengan menggagas pertemuan tingkat tinggi negara-negara pemilik hutan hujan tropis yang semula direncanakan diikuti oleh delapan negara namun ternyata mendapatkan sambutan dari lebih banyak negara. Indonesia, lanjut Presiden, adalah pemilik hutan hujan tropis terbesar kedua di dunia, setelah Brasil. "Selain itu, kita memiliki amazone of the seas yang besar. Di sisi lain, Indonesia juga dianggap penyumbang karbondioksida karena seringnya terjadi kebakaran hutan. Jadi, sangat relevan kalau kita harus memiliki posisi yang bagus," ujarnya. Turut hadir dalam acara tersebut guna mendampingi Presiden Yudhoyono adalah Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menlu Hassan Wirajuda, Menneg LH Rachmat Witoelar, Seskab Sudi Silalahi, Dubes Indonesia untuk AS Parnohadiningrat, Wakil Tetap RI untuk PBB Marty Natalegawa, serta dua Jubir Presiden, Dino Patti Djalal dan Andi A. Mallarangeng. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007