Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan, jika terjadi perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri, maka masyarakat diminta mengedepankan toleransi. "NU dan Muhammadiyah sangat menginginkn persatuan umat Islam," demikian pernyataan bersama yang dikemukakan Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin. Selama ini, menurut Din, persatuan umat Islam Indonesia sudah sangat baik meskipun masih terjadi perbedaan soal hari raya Idul Fitri. "Jika terjadi perbedaan, maka ini menjadi wilayah toleransi, yaitu kita kembangkan toleransi walaupun ada perbedaan," kata Kata Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin seusai pertemuan dengan Ketua PBNU, KH Hasyim Muzadi, serta Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, di Jakarta, Senin. Menurut KH Hasyim Muzadi, masyarakat harus siap merayakan Idul Fitri bareng, namun juga harus siap jika terjadi perbedaan penetapan hari Idul Fitri. "Kalau memang terjadi perbedaan, maka tidak usah terjadi pertikaian antara Idul Fitri tanggal 12 dan 13 Oktober 2007. Perbedaan jangan diubah menjadi pertentangan," kata Hasyim Muzadi. Menurut Hasyim, perbedaan yang timbul terjadi karena sebagai akibat keilmuan dengan perbedaan metodologis, karena itu perbedaan metodologis tersebut jangan sampai merobek persatuan dan kesatuan bangsa. PBNU dan PP Muhammadiyah, menurut dia, di masa-masa mendatang akan berusaha keras untuk mencari titik temu dari metodologi yang selama ini dicapai."Perbedaan itu timbul karena timbul perbedaan pemahaman terhadap dalil Al-Quran dan Hadist. Jadi dalil yang dipakai sama, cuma interpretasi dari dalil itu berbeda karena pendekatan metodologinya yang berbeda," kata Hasyim Muzadi. Sesungguhnya perbedaan tersebut, menurut Hasyim, sebagai sebuah alternatif, tetapi seringkali di masyarakat yang terjadi perbedaan yang kontradiktif. "Seakan-akan hal itu yang menentukan surga dan neraka padahal yang menentukan itu adalah manusia biasa," kata Muzadi. Sementara Quraish Shihab yang ikut dalam pertemuan tersebut menegaskan bahwa meskipun terjadi perbedaan, tetapi bersepakat bahwa semuanya benar. Sehingga, tambah Quraish jika terjadi perbedaan Idul Fitri jangan pernah ada anggapan ada yang salah dan ada yang benar. Menurut Quraish selama ini telah terjadi perkembangan-perkembangan di kalangan para ulama yang sudah saling mendekatkan pendapat mereka. Diharapkan dari pertemuan para pakar masing-masing akan terjadi titik temu sehingga lebaran Idul Fitri akan terjadi persamaan. "Kita tidak ingin memaksakan, kalau tidak bisa (sama) tahun ini ya mungkin tahun depan," kata Quraish Shihab. Menurut Ketua PP Muhammadiyah masalah perbedaan Idul Fitri ini adalah masalah keagamaan dan bukan sebuah masalah yang mengada-ada atau bermuatan politik. Ketika terjadi perbedaan pendapat ini, tambahnya maka sangat mungkin dan bahkan harus saling didekatkan. "Karena persoalan ini, persoalan keyakinan dan keagamaan maka yang bertemu biarlah para ahli-ahlinya baik dari PBNU dan PP Muhammadiyah," kata Din Syamsudin. Karena itulah dalam pertemuan tersebut disepakati untuk melakukan pertemuan para ahli masing-masing untuk membicarakan masalah penentuan Hari Raya Idul Fitri. "Jadi tadi disepakati akan ada pertemuan para ahli-ahli baik dari PBNU ataupun PP Muhammadiyah untuk membahas soal Idul Fitri ini," kata Din Syamsudin. Pertemuan yang membahas kemungkinan menyamakan penentuan Hari Raya Idul Fitri tersebut juga dihadiri oleh Quraish Shihab, Menag Mahtuf Basyuni serta Mensos Bachtiar Chamsyah. Menurut Din dengan pertemuan para pakar kedua belah pihak diharapkan akan ada titik temu sehingga dikemudian hari bisa diatasi dengan baik. "Jika tidak ada titik temu maka nanti toleransi yang harus kita kembangkan. Jadi kalau terjadi perbedaan Idul Fitri jangan dibesar-besarkan, jangan jadikan konflik," kata Din. Menurut Hasyim Muzadi, hari raya Idul Fitri tahun ini bisa saja terjadi persamaan tetapi bisa juga terjadi perbedaan. Oleh karena itu, tambah Muzadi umat Islam Indonesia harus siap untuk Idul Fitri bareng namun juga harus siap untuk berbeda Idul Fitri. Artinya, tambah Hasyim, jika nanti tanggal 11 Oktober 2007, rukyah berhasil maka harus siap bareng. Tapi jika rukyah tak berhasil maka harus siap tidak bareng. Namun jangan sampai terjadi pertentangan. "PBNU dan PP Muhammadiyah di masa mendatang akan berusaha mencari titik temu dari metodologi yang harus dicapai. Mudah-mudahan bisa dicapai yang diutamakan persatuan umat," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007