Jakarta (Antara) - Sensor water level atau alat pengukur ketinggian air merupakan buatan SDM Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan dipasang di Ujung Kulon, Banten.

"Semua peralatan yg dipasang merupakan karya SDM muda BMKG," kata Kepala Pusat Instrumentasi Kalibrasi dan Rekayasa BMKG Hanif Andi Nugraha yang dihubungi di Jakarta, Kamis.

Peralatan tersebut dibuat di BMKG dan sudah dipasang di beberapa lokasi seperti di dermaga Pulau Sebesi Lampung Selatan serta di wilayah Labuhan Banten tepatnya di PLTU Labuhan, Banten, setelah tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018.

Hanif mengatakan, sensor ketinggian air itu berfungsi untuk mengukur kedalaman laut atau perairan di sekitar dermaga atau pelabuhan.

Kaitannya dengan tsunami, alat tersebut digunakan sebagai bahan konfirmasi perubahan ketinggian air laut ketika terjadi tsunami, kata Hanif.

"Intinya alat ini adalah bagian dari alat Automatic Weather Station yang sudah ada sejak tiga tahun lalu dipasang di 16 dermaga penyeberangan dan pelabuhan," katanya.

Dari 16 dermaga yang sudah dipasang sensor tersebut, dua diantaranya dipasang di Dermaga Penyeberangan Merak dan Bakauheni.

"Disaat Tsunami kemarin catatan perubahan ketinggian air laut di Dermaga Merak dan Bakuheni tidak signifikan, karena posisinya memang di dermaga yang menjorok ke daratan," ujar Hanif.

Sensor water level mengunakan sensor berupa tipe Ultrasonic yang menghitung seberapa kecepatan dari objek yang di lepaskan (berupa sinyal frekuensi) yang bersifat stasioner untuk mengukur ketinggian permukaan air laut.

Data perekaman dari sensor water level akan dikirimkan langsung ke server BMKG, dan update setiap satu menit sekali untuk mengetahui ketinggian air permukaan laut di wilayah tersebut.

Dari lokasi pengamatan akan didapat data atau nilai yang akan otomatis dikirim ke BMKG server lalu akan diolah menjadi produk dalam bentuk grafik. Dari sinilah, terlihat jenis gelombang, apakah gelombang pasang surut apa gelombang yang lain.

Grafik akan terlihat berbeda ketika menggambarkan gelombang pasang surut dengan gelombang tsunami karena gelombang tsunami akan terlihat lebih signifikan di bandingkan gelombang pasang surut biasa.

"Dalam waktu dekat kita juga berencana memasang alat serupa di sisi barat Krakatau di sekitar Lampung," kata Hanif.*


Baca juga: BMKG pasang pengukur tinggi air laut dekat Anak Krakatau

Baca juga: BMKG:: gempa bumi Pesisir Barat Lampung tak berpotensi tsunami

Baca juga: BMKG: Waspadai potensi bencana akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019