Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Senin pagi naik tajam mendekati level Rp9.100 per dolar AS, karena pelaku pasar aktif membeli rupiah, menyusul melemahnya dolar AS di pasar regional.
Nilai tukar rupiah naik menjadi Rp9.133/9.138 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.162/9.183 per dolar AS atau menguat 29 poin.
Pengamat pasar uang dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengatakan rupiah diperkirakan akan bisa menyentuh level Rp9.100 per dolar AS karena kuatnya dukungan dari pasar internal, menyusul aktifnya investor asing bermain di Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara dan Obligasi ritel Indonesia (ORI).
Selain itu, pasca penurunan suku bunga The Fed dari 5,25 persen menjadi 4,75 persen juga masih memberikan dampak positif terhadap pergerakan rupiah, katanya.
Namun, lanjut dia, pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) harus mewaspadai dampak kelanjutan dari kasus gagal bayar kredit perumahan di AS, karena dikhawatirkan akan kembali menekan rupiah.
Rupiah sebelumnya sempat tertekan ketika kasus Subprime Mortgage muncul sehingga merosot hingga mendekati level Rp9.500 per dolar AS, katanya.
Kenaikan itu, menurut dia, karena turunnya harga minyak mentah dunia yang sebelumnya diperkirakan akan bisa mencapai 100 dolar AS per barel, setelah negara-negara Teluk Meksiko meningkatkan produksi sebesar 595 ribu barel per hari.
Harga minyak mentah AS penyerahan November turun 22 sen menjadi 81,40 dolar AS per barel.
Kami optimis rupiah terhadap dolar AS akan kembali menguat melihat dukungan pasar cukup besar," ujarnya.
Sementara itu, dolar AS terhadap yen turun 0,2 persen menjadi 115,26 yen, euro melemah 0,2 persen menjadi 162,40 yen dan euro terhadap dolar AS jadi 1.4090.
Turunnya dolar AS, karena pelaku pasar membeli yen, menyusul menguat euro terhadap dolar AS yang sebelumnya diperkirakan akan bisa mencapai level 1.41. (*)
Copyright © ANTARA 2007