Masalah gizi kurang dan gizi buruk biasanya ada beberapa faktor yang menyebabkan, seperti prematur, kemudian penyakit penyerta atau perilaku orang tua yang kurang perhatian
Gunung Kidul, Yogyakarta (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengintensifkan upaya pencegahan malnutrisi atau salah gizi yang meliputi gizi kurang, gizi buruk maupun gizi lebih.

"Masalah gizi kurang dan gizi buruk biasanya ada beberapa faktor yang menyebabkan, seperti prematur, kemudian penyakit penyerta atau perilaku orang tua yang kurang perhatian," kata Sekretaris Dinkes Gunung Kidul Priyanta Madya Satmaka di Gunung Kidul, Rabu.

Ia mengatakan malnutrisi dinilai mengalami penurunan pada 2017 ke 2018. Gizi buruk dari 205, menjadi 160. Kemudian gizi kurang dari 2.130 menjadi 2.122 dan gizi lebih dari 827 menjadi 761.

"Kasus gizi buruk hampir tidak ada, karena kecukupan makanan di Kabupaten Gunung Kidul sudah baik. Memang untuk sayur dan buah kurang maksimal," katanya.

Priyanta mengatakan gizi lebih memicu sejumlah penyakit, seperti obesitas, hipertensi, dan jantung.

"Penyebab gizi lebih pada pola perilaku yang memberi makan sembarang, tidak memperhatikan keseimbangan gizi," katanya.

Ia mengatakan pihaknya intensif menyosialisasikan permasalahan gizi dengan mendorong masyarakat untuk rutin memantau pertumbuhan anak, kemudian pemberian makan tambahan untuk yang mengalami gizi kurang.

"Sosialisasi pencegahan malnutrisi terus dilakukan, dan juga menggalakkan germas," katanya.

Salah seorang kader Perempuan dan Anak, Kecamatan Semanu, Ismi mengatakan pemahaman tentang masalah gizi oleh keluarga semakin baik.

"Pemahaman ibu-ibu sudah berubah. Pada intinya yang terbaik untuk anak terus dilakukan terlebih mengenai pola asuh dan pemberian makanan," katanya.

Baca juga: Gunung Kidul minta masyarakat waspadai penyakit TBC

Pewarta: Sutarmi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019