Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengingatkan, hari ini 31 Desember 1942, di sebuah rumah sederhana di Gang Abu (sekarang masuk kawasan sekitar Harmoni Jakarta) telah lahir seorang anak lelaki Taufiq Kiemas.

Taufiq Kiemas adalah lelaki yang menentang badai, begitu Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah memberikan julukan.

" Taufig Kiemas, merupakan anak pertama dari pasangan Tjik Agus Kiemas dan Hamzatun Rusjda," kata Ahmad Basarah dalam siaran pers yang diterima Antara Jakarta, Senin.

Lebih lanjut Basarah menjelaskan, Taufiq Kiemas adalah mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dari 2009 hingga 2014. Ia juga adalah dikenal sebagai suami dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang dinikahinya sejak 1973 dan memiliki anak Puan Maharani.

Saat lahirnya Taufiq, tambah Basarah, merupakan masa-masa awal pendudukan Jepang di Indonesia membuat keadaan serba susah dan membuat Tjik Agus Kiemas harus bekerja keras di Persatuan Warung Kebangsaan Indonesia (Perwabi) -- organisasi yang berafiliasi dengan Partai Masjumi-- demi menghidupi keluarganya.

Sedangkan Hamzatun, yang pernah mengenyam pendidikan bidan, lebih fokus untuk mengurus Taufiq dan adik-adiknya yang lahir kemudian.

Saat remaja di Palembang, Taufiq tumbuh menjadi seorang Soekarnois yang militan. Militansi itu berawal dari kekaguman saat ia mendengar pidato Bung Karno di radio. Seakan ada dorongan kuat dalam dirinya untuk mengetahui lebih jauh sosok dan pemikiran Bung Karno.

Tidak Lama setelah ia masuk Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Taufiq dalam waktu singkat dipercaya menjadi Ketua GMNI Palembang. Namun, hal tersebut membuatnya bertengkar hebat dengan ayahnya, yang ingin anak sulungnya itu berkecimpung di organisasi mahasiswa Islam.

Pergaulan politiknya pun tidak lagi sebatas anak-anak GMNI, juga dengan tokoh-tokoh politik di Palembang. Bahkan dengan sejumlah tokoh nasional seperti Guruh Soekarnoputra.

Peristiwa Gestok 1965, membalikkan suasana. Kekuasaan Bung Karno surut telah membuat para Soekarnois sejati, termasuk Taufiq, harus mendekam di penjara rezim Orde Baru. Ia dua kali dipenjara: di Markas CPM Palembang dan RTM Budi Utomo Jakarta.

"Beliau adalah lelaki yang menentang badai," kata Basarah.

Hubungannya dengan Megawati Soekarnoputri dimulai saat Taufiq mendekam di penjara Palembang, angan-angan atau firasat Taufiq untuk menyunting putri Soekarno tersebut sudah bersemi.

Taufiq mengenal Megawati setelah dikenalkan oleh Guntur Soekarnoputra, yang berlanjut menjadi jalinan asmara hingga akhirnya menikah pada Maret 1973.

Taufiq dan Megawati kemudian terjun ke dunia politik. Mereka berkiprah di Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Di masa-masa kritis, terutama setelah KLB PDI di Surabaya akhir tahun 1993 dimana Megawati terpilih sebagai Ketua Umum PDI, Taufiq terus mendampingi sang istri. Ia lebih banyak bergerak di belakang layar.

Di masa reformasi, Taufiq merupakan motor utama pendirian PDI Perjuangan. Ia pula yang berperan besar mengantarkan Megawati Soekarnoputri menjadi Wakil Presiden RI, dan kemudian Presiden RI.

Puncak karier politik Taufiq Kiemas sendiri adalah saat terpilih secara aklamasi sebagai Ketua MPR RI di tahun 2009. Taufiq Kiemas wafat Ditengah masa kepemimpinannya pada 8 Juni 2013.(KR-HSI)

Baca juga: Film biopik "Taufiq Kiemas" syuting di Yogyakarta

Pewarta: Hendri Sukma Indrawan
Editor: Jaka Sugiyanta
Copyright © ANTARA 2018