Brisbane (ANTARA News) - Indonesia dan Australia menginginkan terbangunnya hubungan yang lebih stabil dengan pemikiran bahwa hubungan itu "tidak bersifat temporer", karena secara geopolitik kedua negara bertetangga langsung walaupun keduanya memiliki perbedaan sistim politik, ekonomi dan budaya. Keinginan itu mengemuka dalam serangkaian dialog antara delegasi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) dan sejumlah menteri, jaksa agung, dan sekretaris parlemen untuk kementerian luar negeri Australia selama kunjungan mereka di Canberra, kata Konselor Bidang Politik KBRI Canberra, Samsu Rizal. Menurut Samsu Rizal yang dihubungi ANTARA dari Brisbane, Minggu, sehubungan dengan hasil kunjungan delegasi Lemhanas beranggotakan 27 orang itu, pihak Australia mengirimkan pesan bahwa mereka ingin memiliki hubungan yang lebih stabil. Di samping itu, terungkap pula dalam dialog kedua pihak bahwa ada kecenderungan paradigma Australia tentang ancaman keamanan sudah berubah karena paradigma itu tidak lagi didasarkan pada konsep "facing the north" (melihat ke utara), melainkan ancaman keamanan, seperti terorisme dan apa yang disebut "the arch of instability", katanya. "The arch of instability inilah yang kini dipandang Australia sebagai ancaman keamanan. Artinya, negara-negara di sekitar Australia akan lebih baik bagi Australia, jika mereka secara politik dan ekonomi stabil," katanya. Beberapa menteri yang menerima kunjungan delegasi Lemhanas itu adalah Menteri Imigrasi dan Kewarganegaraan Kevin Andrews, Jaksa Agung Philip Ruddock, Menteri Pertahanan Brendan Nelson, Menteri Perdagangan Warren Truss, dan Sekretaris Parlemen untuk Kementerian Luar Negeri, Greg Hunt, katanya. Dalam pertemuan para delegasi Lemhanas dengan para menteri dan pejabat terkait Australia lainnya itu, mereka cukup aktif mengangkat isu-isu di seputar hubungan kedua negara, seperti masalah pemberlakuan "travel advisory" terhadap Indonesia, terorisme, dan kerjasama ekonomi, katanya. "Kunjungan Lemhanas kali ini berbeda dengan yang ada sebelumnya. Kalau dulu anggota delegasi hanya bertemu dengan mitra mereka di `Australian Defence College`, kini mereka berkesempatan berdialog dengan sejumlah menteri," katanya. Dalam dialog tersebut, terbangun pemahaman yang lebih akurat dan saling pengertian di antara kedua pihak tentang berbagai isu strategis, kata Samsu Rizal. Delegasi Lemhanas yang dipimpin Sabar Yudo Suroso itu bahkan berupaya meyakinkan mitra dialognya bahwa Indonesia bukanlah ancaman bagi keamanan Australia, katanya. Mengawali kunjungan mereka sepekan lalu, para anggota delegasi Lemhanas bertemu Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu, TM Hamzah Thayeb dan mereka mendapat pemaparan tentang kondisi aktual hubungan Indonesia-Australia. Dari Canberra, para anggota delegasi Lemhanas juga berkunjung ke Melbourne guna meninjau beberapa industri strategis Australia, termasuk galangan kapal, dan "Invest Victoria" sebelum kembali ke Tanah Air pada 22 September, kata Samsu Rizal. Selain staf ahli Lemhanas, Sabar Yudo Suroso, beberapa anggota delegasi Lemhanas RI itu adalah Agus Widjojo, Busri Jaran, Agus Prayitno, Mughiroh Subchan, Waskito Pandu, John Dalas Sembiring, Nazarudin Lubis, dan Ferdinand Mawengkang. (*)

Copyright © ANTARA 2007