Jakarta (ANTARA News) - Sentimen individu dan sektoral saham akan lebih mendominasi perdagangan saham diperkirakan menjadi pendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan. "Sentimen individu dan sektoral, seperti kenaikan harga CPO (crude palm oil) dan minyak mentah dunia masih akan mendorong harga sahamnya dan akan menjadi penopang indeks BEJ," kata Analis Riset PT Bapindo Bumi Sekuritas, Harry Kurniawan, kepada ANTARA di Jakarta, akhir pekan ini. Menurut dia, saham-saham yang berbasis CPO dan minyak masih memiliki peluang untuk melanjutkan kenaikan dan akan mendorong indeks BEJ. Selain itu, sektor konsumer dan retail juga akan menjadi perhatian para investor, karena meningkatnya konsumsi masyarakat Indonesia pada bulan puasa dan mendekati Hari Raya Idul Fitri. "Biasanya pada bulan puasa dan mendekati Idul Fitri sektor konsumer dan retail akan meningkat permintaannya," jelasnya. Namun, Harry juga masih mengkhawatirkan pengaruh bursa global dan regional secara langsung juga akan masih mempengaruhi pergerakan perdagangan saham di BEJ. "Dampak langsung bursa global dan regional selama ini masih besar, namun di dalam negeri keadaan makro ekonomi cukup kondusif," tambahnya. Harry juga melihat kemandirian bursa BEJ sudah mulai kuat, walaupun regional turun, BEJ masih mampu bertahan untuk naik sendiri seperti yang terjadi pada akhir pekan ini. Pada pekan ini IHSG ditutup di posisi 2.335,487 atau menguat 109,88 poin (4,93 persen) dibanding penutupan pada pekan sebelumnya di 2.225,607. Sedangkan indeks LQ45 kelompok 45 saham unggulan ditutup menguat 27,686 poin menjadi 492,943 dibanding pada pekan sebelumnya yang berada di posisi 465,257. Melambungnya indeks BEJ pada pekan ini lebih disebabkan oleh keputusan `The Fed` yang menurunkan suku bunganya 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen. Penurunan suku bunga `The Fed` ini akan memberikan ruang turunnya BI rate pada Oktober mendatang, sehingga saham-saham berbasis bunga merespon positif atas sentimen ini. Keputusan `The Fed` ini juga mendorong untuk kembalinya investor asing untuk kembali ke `emerging market` (pasar dari negara-negara berkembang), sehingga meningkatkan likuiditas pasar karena indikasi masuk dana asing. Masuknya dana asing ini mulai terlihat dari menguatnya nilai tukar rupiah, yang pada awal pekan masih di kisaran Rp9.400 per dolar AS menjadi Rp9.164 per dolar AS di akhir pekan. Sedangkan posisi investor asing dalam sepekan ini juga menunjukkan `net buy` (beli netto) dengan total Rp1,469 triliun. (*)

Copyright © ANTARA 2007