Moskow (ANTARA News) - Menteri luar negeri dan pertahanan dari Rusia dan Turki membahas koordinasi antara pasukan mereka di Suriah setelah keputusan Amerika Serikat untuk menarik tentara dari republik Arab itu, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Sabtu.

"Hari ini, kesepahaman dicapai mengenai bagaimana wakil-wakil militer dari Rusia dan Turki akan terus mengkoordinasikan langkah-langkah mereka di lapangan berdasarkan kondisi baru dengan tujuan untuk menghapuskan ancaman teroris di Republik Arab Suriah," kata Lavrov.

Dalam perubahan kebijakan tiba-tiba, Presiden AS Donald Trump mengatakan pekan lalu, Washington akan menarik sekitar 2.000 personelnya di Suriah, menjungkirbalikkan pilar kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah dan membuat sekutu-sekutu AS merasa khawatir, demikian Reuters melaporkan.

Keputusan itu diambil setelah percakapan telepon Trump dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dalam percakapan tersebut, kedua pemimpin itu menyepakati perlunya bagi koordinasi yang lebih efektif mengenai negara yang dicabik perang saudara tersebut.

Tentara AS di Suriah telah bekerja sama dengan YPG/PKK untuk memerangi Da`esh (ISIS), meskipun Turki keberatan dengan tindakan memanfaatkan satu kelompok teror itu untuk memerangi kelompok teror lain.

Baca juga: Rusia berkoordinasi dengan Turki mengenai kegiatannya di Suriah

Baca juga: Menlu Rusia dan Turki bahas Suriah melalui telepon

Kantor berita Turki Anadolou melaporkan dari Azas, Suriah, pada Jumat pagi (28/12), Presiden Erdogan mengatakan Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad "melancarkan operasi psikologis".

Ia menambahkan, "kami menentang pemecahan Suriah. Tujuan kami ialah kelompok teroris pergi dari sana. Jika kelompok (teroris) itu pergi, maka tak ada tugas lagi buat kami."

Erdogan juga mengatakan satu delegasi pejabat senior Turki dijadwalkan mengunjungi Moskow pada Sabtu untuk membahas situasi di Suriah, termasuk Manbij.

Pada 1 November, sebelum pengumuman bahwa pasukan AS akan keluar dari Suriah, tentara AS dan Turki memulai patroli gabungan di Manbij sebagai bagian dari satu kesepakatan yang dipusatkan pada penarikan petempur YPG/PKK demi kestabilan wilayah tersebut.

Dalam aksi teror lebih dari 30 tahun melawan Turki, PKK --yang dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris-- telah bertanggung jawab atas kematian sebanyak 40.000 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. YPG adalah cabang PKK di Suriah.

Erdogan telah mengisyaratkan operasi lintas-perbatasan terhadap YPG/PKK di Suriah akan segera dilancarkan. Sejak 2016, Ankara telah melancarkan dua operasi militer serupa di Suriah Utara.

Editor: Gusti Nur Cahya Aryani

Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018