Diperkirakan dentuman merupakan fenomena alam yang tidak ada kaitannya dengan terjadinya sejumlah bencana alam, termasuk dengan Gunung Anak Krakatau yang aktif
Cianjur, Jabar (ANTARA News) - Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memastikan suara dentuman misterius di wilayah selatan sudah tidak terdengar, meskipun hingga saat ini belum ada kepastian sumber suara tersebut.
"Diperkirakan dentuman merupakan fenomena alam yang tidak ada kaitannya dengan terjadinya sejumlah bencana alam, termasuk dengan Gunung Anak Krakatau yang aktif," kata Sekretaris BPBD Cianjur Sugeng Supriyatno, kepada wartawan di Cianjur, Minggu.
Ia menjelaskan, cukup sulit menemukan sumber suara dentuman yang sempat menghebohkan selama beberapa hari terakhir itu.
Bahkan, kata dia, BMKG Kota Bandung pun tidak mendeteksi gejala alam seperti gempa yang cukup banyak dicurigai menjadi sumber suara.
Meskipun belum dapat dipastikan sumber suara tersebut, pihaknya memastikan dentuman yang terjadi sejak 23 Desember 2018 itu, tidak berpotensi bencana dan tidak terkait dengan tsunami yang melanda sejumlah wilayah di selatan.
"Ini tidak ada kaitannya dengan dampak erupsi Gunung Anak Krakatau dengan apa yang terjadi di Cianjur selatan. Meskipun potensi tsunami di Cianjur tetap ada karena ada sesar Lembang dan Cimandiri, makanya di wilayah selatan berpotensi," katanya.
Ia mengatakan, kondisi perairan di wilayah selatan masih aman dari potensi tersebut, namun warga harus tetap waspada dengan fenomena gelombang tinggi, banjir rob dan terjadinya angin barat pada Desember hingga Februari 2019.
"Warga harus terus peka terhadap kondisi alam selama cuaca tidak bersahabat. Potensi bencana selalu ada di mana pun, kami selalu siap, siaga dan waspada," katanya.
Sebelumnya, warga di selatan Cianjur meyakini suara dentuman itu sebagai fenomena alam karena faktor cuaca.
Sebagian penduduk asli yang sudah tinggal sejak turun temurun pernah mendapati fenomena tersebut sering terjadi ketika kondisi cuaca buruk.
Warga menduga dentuman keras tersebut berasal dari petir yang terjadi selama musim hujan di tengah samudera, terutama petir di tengah laut yang membuat suara menjadi sangat menggelegar.
Baca juga: Wisatawan diimbau tidak ke pantai selatan Cianjur
Baca juga: 6 Hilang di Pantai Cianjur Selatan
Baca juga: Dua Warga Cianjur Tewas Tersambar Petir saat Nonton Sepak Bola
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018