Bandarlampung (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memberikan bantuan sebanyak 600 kilogram rendang untuk korban tsunami di Provinsi Lampung dari total 1,4 ton rendang yang akan dibagikan untuk para pengungsi korban tsunami Selat Sunda.

"Rendang ini kita serahkan untuk membantu para pengungsi yang ada di Kantor Gubernur Lampung dan di Lampung Selatan. Total semuanya 600 kg," kata Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit saat menyerahkan bantuan redang di Bandarlampung, Sabtu.

Bantuan rendang dari Provinsi Sumatera Barat totalnya sebanyak 1,4 ton yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu 600 kg untuk Provinsi Lampung dan 800 kg untuk Provinsi Banten.

Lalu bantuan yang diberikan untuk para pengungsi di Kantor Gubernur Lampung sebanyak 100 kg dan untuk pengungsi di Kalianda Lampung Selatan sebanyak 500 kg.

Bantuan redang 100 kg nantinya akan dibagikan kepada warga yang ada di pengungsian untuk makan siang atau makan malam.

"Bantuan ini hanya sedikit, tetapi harus bisa membantu seluruh pengungsi yang ada si masing-masing tempat," katanya.

Wagub Sumbar mengatakan, rendang merupakan makanan khas Sumatera Barat dan makanan cepat saji yang tahan lama, sangat cocok untuk diberikan kepada para pengungsi.

Selain memberikan bantuan rendang, Nasrul menyatakan juga akan membantu uang tunai untuk para pengungsi korban tsunami di Provinsi Lampung.

"Kita akan berikan bantuan uang tunai kepada para pengungsi yang ada di Provinsi Lampung, khususnya korban yang terkena dampak paling parah. Sedangkan untuk tenaga medis akan dikirimkan bila sangat diperlukan," ungkapnya.

Bantuan yang diberikan ini merupakan bentuk kepedulian Provinsi Sumatra Barat terhadap masyarakat di Provinsi Lampung atas musibah dan bencana yang melanda, katanya.

"Semoga cobaan ini cepat berakhir, dan mental masyarakat bisa kembali pulih serta beraktivitas lagi seperti biasanya," tambahnya.

Baca juga: Penelitian: nutrisi rendang terjaga meski dimasak lama
Baca juga: Bupati Pandeglang pastikan bantuan logistik cukup untuk tujuh hari

Pewarta: Edy Supriyadi dan Emir Fajar Saputra
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018