Alasan mereka mungkin masih aman dan mungkin itu tanah leluhur mereka sehingga mereka tidak mau meninggalkannya
Triono Subagyo dan Damiri
Lampung Selatan, (ANTARA News) - Ratusan warga Pulau Sebesi dan Sebuku, Lampung Selatan, Provinsi Lampung masih bertahan di lokasi dan enggan dievakulasi dengan alasan mereka tidak ingin meninggalkan rumahnya.
"Jumlahnya di kisaran ratusan warga di Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku. Alasan mereka mungkin masih aman dan mungkin itu tanah leluhur mereka sehingga mereka tidak mau meninggalkannya," kata Plt Kepala Dinas Kominfo Lampung Selatan, M Sepri Masdian saat dihubungi di Lampung Selatan, Sabtu.
Ia menjelaskan, meskipun masih ada warga yang bertahan, pihaknya terus mengirimkan bantuan logistik yang dibutuhkan untuk warga di dua pulau tersebut. Pihaknya telah mengirimkan logistik untuk tujuh hari ke depan.
"Kemarin (28/12) kita kirim bantuan kisaran 80-an untuk di Pulau Sebuku dan kisaran 400 hingga 500-an untuk di Pulau Sebesi. Kita berikan bantuan bermacam-macam logistik dan cukup untuk seminggu ke depan," katanya.
Dia menambahkan, pihaknya terus mengimbau warga yang enggan dievakuasi untuk menjauhi Gunung Anak Krakatau (GAK) seperti instruksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Kita terus mengajak, karena salah satu tugas pemerintah adalah melindungi warga ," kata M Sepri Masdian.
Sampai pada hari keenam pascatsunami Selat Sunda, kondisi gelombang perairan Pantai Selatan dalam keadaan normal. Sampai saat ini, tim Satuan Tugas (Satgas) terlihat bersama relawan dan warga sekitar membersihkan puing-puing reruntuhan bahan bangunan.
Data korban jiwa tsunami sampai Sabtu ini mencapai sebanyak 116 orang. Selain itu sebanyak 14 orang masih dalam pencarian tim Satgas gabungan. Untuk data korban yang mengalami luka-laka yang masih dalam perawatan sebanyak 51 orang.
Baca juga: BNPB: 1.600 penduduk Pulau Sebesi sudah dipindahkan
Baca juga: Sebagian warga Pulau Sebesi menolak dievakuasi
Baca juga: 1500 warga Pulau Sebesi dan Sebuku dievakuasi
Pewarta: Triono Subagyo dan Damiri
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018