Denpasar (ANTARA News) - Sebanyak enam pesawat terbang tertunda keberangkatannya di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, akibat aliran listrik PLN padam mulai pukul 06.15 hingga 08.15 Wita, Sabtu. Humas PT Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai, Achmad Munir, di Bandara Ngurah Rai, Bali, mengatakan, keenam pesawat terbang yang tertunda keberangkatannya adalah Garuda Indonesia Airways (GIA) nomor penerbangan 401 tujuan Jakarta. Pesawat GIA 251 tujuan Jogyakarta, GIA 652 tujuan Timika, Batavia 742 tujuan Jakarta, Wings tujuan Jogyakarta dan Mandala tujuan Surabaya. "Namun setelah pihak bandara memfungsikan genset (generator set) dengan kapasitas 6.000 KVA, aktivitas di bandara mulai normal kembali," katanya. Ia menambahkan, dengan kapasitas daya listrik sebanyak itu diprioritaskan untuk energi peralatan penting atau esensial, diantaranya alat navigasi, X-tre dan alat-alat keselamatan penerbangan lainnya. Munir menambahkan, kejadian padamnya pasokan listrik tersebut tidak mengakibatkan penerbangan internasional terganggu, karena di bandara ini untuk jadwal keberangkatan ke luar negeri pada pagi hari memang tidak ada. "Memang untuk jadwal penerbangan maupun pendaratan dari luar negeri pada pagi hari tidak ada," ucapnya. Sementara Humas PT PLN Distribusi Bali, Wayan Redika membenarkan, pasokan listrik PLN ke Bandara Ngurah Rai terhenti sejak pukul 06.16 Wita, akibat trafo 3 di Pesanggaran mengalami gangguan dan dilepas. Tetapi pada pukul 06.46 Wita pasokan listrik ke bandara sudah masuk kembali, yakni menggunakan Trafo 4 Pesanggaran yang selama ini menjadi cadangan untuk keperluan pasokan ke salah satu unit vital tersebut. "Dari pihak kami (PLN) sudah melakukan koordinasi dan pemasokan listrik yang sempat terhenti bisa kembali dilayani sekitar setengah jam kemudian. Itu normal saja," katanya. Mengenai terjadinya hambatan lebih lama dalam memfungsikan berbagai peralatan elektronik dan jaringan pelayanan di bandara, menurut Wayan, itu lebih pada persoalan sinkronisasi terhadap masuknya energi listrik yang memang memerlukan waktu.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007