Surabaya (ANTARA News) - Kepolisian Daerah Jawa Timur menyatakan terorisme merupakan kasus paling menonjol yang mereka tangani sepanjang tahun 2018.
"Meledaknya bom di tiga gereja, di Mapolrestabes Surabaya, Rusunawa Sidoarjo dan Bangil, Pasuruan, adalah peristiwa paling menonjol yang ditangani pada tahun 2018," kata Kepala Polda Jawa Timur, Inspektur Jenderal Polisi Luki Hermawan, pada analisa dan evaluasi kamtibmas 2018 di Markas Polda Jawa Timur, di Surabaya, Jumat.
Selama 2018 mereka telah menangkap sebanyak 49 terduga teroris di sana, 30 di antaranya terduga teroris ditahan, 10 orang dipulangkan, sementara empat lainnya meninggal dunia.
Pada kasus pidana umum, kasus penganiayaan hingga mengakibatkan meninggal dunianya seorang guru oleh siswa di SMA 1 Torjun, Sampang juga menjadi perhatian mereka.
Kasus menonjol lain adalah kasus penyeragan pos polisi di Wisata Bahari Lamongan, Paciran Lamongan dan kasus penembakan anggota PPS Sampang di Dusun Gimbuk, Kecamatan Sokabanah, Sampang.
"Untuk kasus pidana khusus, kasus pencemaran nama baik yang dilakukan Politikus Partai Gerindra Ahmad Dhani Prasetyo yang diduga menyebut 'Banser Idiot' adalah yang paling menonjol," ucapnya.
Sementara untuk kasus narkotika, selama 2018, Polda Jawa Timur mengungkap 5.574 kasus meningkat 534 kasus atau sebesar 10,6 persen dibanding tahun 2017 yang hanya 5.040 kasus.
"Jumlah tersangka ada 6.961 orang naik 742 tersangka jika dibanding tahun 2017 yang hanya 6.219 tersangka," ucap Luki.
Adapun agenda Kamtibmas yang diwaspadai Polda Jatim pada 2019 adalah kejahatan konvensional seperti premanisme, pencurian dan lain-lain. Juga kejahatan transnasional seperti terorisme dan radikalisme, narkoba, perdagangan manusia dan "cyber crime".
"Yang paling penting adalah antisipasi hoaks, penyebaran ujaran kebencian, isu SARA dan intoleransi yang meningkat pada tahun politik 2019," kata dia.
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018