Bandarlampung (ANTARA News) - Gejala kepikunan biasanya muncuL secara perlahan diawali dengan gangguan memori atau gangguan mental ringan, dan penderita biasanya tidak menyadarinya. "Selain itu, lingkungan penderita, terutama keluarga, kurang menyadari dengan menganggapnya sebagai hal yang wajar karena si penderita sudah tua, dan umumnya si penderita terlambat dibawa berobat," kata dokter ahli saraf di Lampung, dr Ruth Mariva SpS, dalam seminar tentang dimensia, di Bandarlampung, Sabtu. Menurut dokter RS Imanuel itu, proses terjadinya kepikunan itu rata- rata antara tujuh sampai 10 tahun. Ruth Mariva juga menyebutkan ada 10 tanda kepikunan yang menjadi "alarm sign", seperti sering lupa, mengalami kesulitan melaksanakan pekerjaan rutin, sulit berbicara, mengalami disorientasi waktu dan tempat, salah meletakkan barang, sulit mengambil putusan tepat. Tanda-tanda lainnya adalah mengalami perubahan mood dan perilaku, sulit berpikir abstrak, mengalami perubahan kepribadian, dan kehilangan inisiatif. Penyakit Alzheimer merupakan penyebab utama kepikunan, kemudian penyebabnya adalah gangguan vaskuler/stroke, depresi dan alkohol, intoksikasi (keracunan) obat , toksik metabolik, dan infeksi. Belum lama ini, penelitian dari John Hopkins University - School of Medicine menemukan bahwa asam urat dalam dalam darah kelompok lansia dapat menjadi alat berguna untuk mendeteksi masalah kognitif ( intelektual) secara dini. Menurut dr Ruth, jenis pikun Alzheimer termasuk yang sulit disembuhkan dibandingkan dengan kepikunan yang disebabkan hipertensi, hidrosefalus (pembesaran otak), tumor/radang otak, dan obatan- obatan. Kepikunan dapat digolongkan dalam tiga stadium, yakni stadium I : Amnesia (lupa); stadium II : konfuse (kacau): dan stadium III berupa demensia atau pikun. Penderita kepikunan pada stadium pertama umumnya mengalami perubahan emosi seperti: malas, kurang bergairah, acuh tak acuh mudah tersinggung, murung, cemas lesu. Pada stadium dua mengalami penurunan daya ingat, kurang inisiatif, bahasanya berulang- ulang, tidak kenal anggota keluarga, serta disorientasi ruangan. Pada stadium tiga, penderita mengalami gagal berbahasa, tidak mengerti ucapannya sendiri atau orang lain, kemampuan berbicaranya berkurang, suka meniru ucapan orang, dan mengalami gangguan motorik seperti menulis, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, serta mengalami gangguan buang air besar dan buang air kecil. Menurut dr Ruth, pengobatan kepikunan dapat dilakukan secara farmakologis dan non-farmakologis. Terapi non- farmakologi, dapat berupa menata program aktivitas harian si penderita, seperti melatih otak, melakukan aktivitas sesuai kemampuan, gizi makanan berimbang, ruangan cukup bercahaya, mengingatkan waktu dan tempat, serta memberikan lingkungan yang tenang. Di Indonesia pada tahun 2000, usia harapan hidup adalah 67 tahun, dan sekitar 7,28 persen atau 17 juta penduduk adalah lansia. Usia harapan hidup tahun 2020 diperkirakan 71 tahun dengan jumlah lansia 28 juta orang.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007