Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan akan memantau kenaikan harga minyak mentah dunia yang sempat melampaui 82 dolar AS per barel mengingat pengaruhnya yang luas terhadap harga komoditi ekspor dan barang kebutuhan masyarakat.
"Yang lebih perlu kita waspadai adalah dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dunia sehingga mempengaruhi permintaan untuk ekspor kita," katanya usai rapat koordinasi di Kantor Menteri Negara Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Jumat.
Perubahan harga minyak mentah dunia akan mempengaruhi harga komoditi lain seperti minyak sawit mentah (CPO) dan gandum. Selain itu, diperkirakan kenaikan harga minyak mentah dunia akan mendorong negara-negara lain meningkatkan insentif untuk produksi biofuel.
Meski demikian, Mendag menilai kenaikan harga minyak mentah dunia melampaui 82 dolar AS per barel tidak akan berpengaruh besar.
"Itu mesti dilihat dampaknya pada biaya produksi, tapi kenaikan (harga minyak mentah dunia) dari 70 dolar AS per barel ke 80 dolar AS per barel itu tidak separah tahun lalu yang naiknya cukup besar," ujarnya.
Namun, Mendag mengaku pihaknya tetap akan memantau terus pergerakan harga minyak mentah dunia mengingat pengaruhnya yang luas.
Terkait pengamanan harga bahan kebutuhan pokok, Mendag mengaku sedang membangun semacam sistem peringatan dini.
"Kita sedang mau membangun sistem harga dan indikator yang lebih baik untuk semacam 'early warning system',"ujarnya.
Untuk sementara, antisipasi kenaikan harga bahan pokok akan dilakukan melalui rapat koordinasi antara instansi dan pengusaha.
Mendag mengatakan untuk menghadapi hari raya Idul Fitri pasokan bahan pokok dan kebutuhan perayaan Lebaran lainnya seperti daging dan terigu dalam kondisi cukup.
Meski demikian, pemerintah mewaspadai kenaikan harga dan kelangkaan stok setelah Lebaran, mengingat libur bersama yang berlangsung cukup lama.
"Pasokan dan stok harus ada dan harus antisipasi pasca lebaran karena sembako dan minyak tanah harus diwaspadai karena orang libur dan mudik. Kita selalu tidak pernah antisipasi. Stoknya harus lebih dari biasanya dan distribusinya," jelasnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007