"Kalau bibit dari bantuan pemerintah itu (BISI-2 dan Premium-191), tidak cocok di lahan kami, makanya banyak yang simpan di gudang. Kalau di rumah, saya pakai pakan ternak," kata Syamsudin warga penerima bantuan dari Dusun Rade, Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, yang dihubungi wartawan di Bima, Rabu.
Sebelumnya dalam pertemuan di UPTD tingkat kabupaten, pemerintah menjanjikan akan menyalurkan varietas bibit BISI-18, jenis yang telah sukses dalam masa panen di musim sebelumnya.
Hal itu pun, jelasnya, telah disepakati dalam usulan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dan isian Calon Petani/Calon Lahan (CPCL).
"Janjinya pas di penyuluhan itu varietas BISI-18, tapi yang disalurkan varietas beda, BISI-2 dan Premium-191," ujarnya.
Namun karena sifatnya bantuan dari pemerintah, petani di dusunnya tetap menerima varietas bibit yang disalurkan dalam periode tiga hari yang lalu itu.
"November lalu sempat kita tolak karena yang disalurkan itu premium-191, makanya dua tiga hari kemarin dapat penyaluran lagi, tapi campur, Premium-191 dengan BISI-2, bukan BISI-18," ujar petani yang memiliki lahan pertanian seluas 3 hektare dengan jatah bibit 5 kilogram BISI-2 dan 5 kilogram Premium-191.
Begitu juga yang diterima oleh Fajrin, petani tetangga Syamsudin dari Dusun Doro Mbubu. Fajrin mengatakan bahwa bantuan varietas bibit dari pemerintah tidak sesuai dengan pembahasan di UPTD.
"Katanya stok untuk BISI-18 itu habis, makanya yang disalurkan BISI-2 di campur Premium-191," ujar Fajrin.
Mendapatkan alasan tersebut, Fajrin bersama petani jagung lainnya mengaku sangat kecewa dan menyayangkan jika persoalannya adalah stok. Karena dari kualitas, BISI-18 dikatakannya lebih unggul dibandingkan BISI-2 dan Premium-191.
"Padahal varietas bibit BISI-18 itu yang cocok sama tanah di sini, hasil panennya yang kemarin bagus. Beda dengan yang sekarang dari pemerintah (BISI-2 dan Premium-191), tidak cocok di sini," ucapnya.
Pernah ada yang mencoba menanam, pada saat penyaluran tahap pertama di bulan November lalu dengan varietas Premium-191. Namun dia mengatakan, hasilnya tidak sesuai dengan harapan atau sebanding dengan kualitas tanam dari varietas BISI-18.
"Kalau yang Premium-191 itu pernah dicoba tanam, tapi tidak tumbuh, tidak cocok sama tanah di sini. Makanya banyak dari kami yang beli dari pasar, yaitu varietas NK, itu baru cocok dengan lahan kami," katanya.
Namun berbeda dengan yang disampaikan petani jagung dari Dusun Toke, Desa Kala, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, Jihad.
Dia mengatakan bahwa varietas bibit yang disalurkan pemerintah pada November lalu sudah sesuai dengan usulan RDKK dan CPCL, yakni BISI-18.
"Kita dapatnya BISI-18 sesuai usulan kemarin pas penyuluhan. Karena memang jenis itu yang cocok sama kondisi lahan di sini," kata Jihad.
Untuk kabar adanya penyaluran varietas bibit yang tidak sesuai dengan usulan, yakni BISI-2 dan Premium-191, Jihad mengaku dirinya bersama petani lain sempat melakukan penolakan.
"Memang sebelumnya ada rencana mau disalurkan yang jenis itu (BISI-2 dan Premium-191), tapi duluan kita tolak, karena tidak cocok dengan lahan kita," ujarnya.
Baca juga: APJI: bantuan benih perlu dikomunikasikan ke petani
Baca juga: Ini dia benih jagung tahan penyakit
Baca juga: Indonesia tutup impor benih jagung
Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018