Kerja sama perdagangan dengan Jepang juga turut berkontribusi menghasilkan nilai ekspor Indonesia yang mencapai 18,1 persen atau sekitar Rp407 triliun

Jakarta (ANTARA News) - Perkenalan Jepang dengan Indonesia sejatinya telah berlangsung lebih dari 100 tahun, jauh sebelum pecah konflik besar di kawasan Pasifik yang menjadi salah satu bagian Perang Dunia II pada 1939-1945.

Meski hingga sekarang masih ada ingatan buruk akan kenangan perang masa lalu, hubungan kedua negara telah berbanding terbalik dan saling menguntungkan kedua belah pihak.

Namun, baru enam dasawarsa ini, Jepang dan Indonesia menjalin hubungan diplomatik resmi, kemudian berkembang menjadi hubungan persahabatan yang tercermin pada beberapa program kerja sama.

Hubungan kedua negara pun berkembang, dan Indonesia juga meraih keuntungan mulai dari terciptanya jutaan lapangan pekerjaan, pengembangan industri manufaktur, perdagangan hasil bumi kedua negara, hingga program beasiswa bagi pelajar dalam negeri.

Meski Jepang mengalami persaingan berat pada sektor industri dan teknologi di pasar global, negeri itu tetap menjadi salah satu pionir dan rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia.

Mengingat strategisnya hubungan kedua negara, pemerintah Jepang pun masih mendorong adanya perluasan hubungan, terutama upaya pengembangan kemandirian teknologi di dalam negeri.

Dalam suatu kesempatan, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii menyampaikan bahwa ada keinginan dari pemerintahnya untuk memperdalam hubungan diplomatik kedua negara melalui kerja sama di bidang teknologi yang disertai dengan alih teknologi.

Sebagai latar belakang, perusahaan Jepang selama bertahun-tahun menjalankan upaya alih teknologi mulai dari pembangunan irigasi Sungai Brantas pada era 90-an hingga proyek Mass Rapid Transit (MRT) pertama di Indonesia.

Catatan tersebut menjadi pertanda bahwa hubungan Indonesia dan Jepang sudah terbangun dengan kuat, serta iktikad Jepang dalam mendukung pembangunan mandiri sudah berlangsung lama dan dengan niat yang tulus.

Menyinggung pada proyek pembangunan sarana transportasi umum MRT yang kini sedang berlangsung, proses alih teknologi dalam penggarapannya juga dilakukan dengan memperhitungkan proporsi tenaga kerja yang terlibat di dalamnya.

Ia mengklaim bahwa jumlah pekerja Jepang di proyek MRT lebih sedikit jika dibandingkan dengan pekerja Indonesia yang lebih banyak, meskipun ia tidak memaparkan angka pasti.

Proyek tersebut bukan hanya wadah pembangunan MRT, tapi juga sebagai sarana pelatihan dan alih teknologi dari Jepang kepada Indonesia.

Meski dalam aspek nilai investasi, Jepang menduduki peringkat kedua setelah Singapura dan dari segi jumlah tenaga kerja di dalam negeri menduduki urutan kedua setelah China, Dubes Ishii menekankan hanya negaranya yang mau menyertakan alih teknologi dalam program kerja sama dengan Indonesia.

Hubungan Jepang dan Indonesia pada tahun ini sudah berusia 60 tahun dan telah memberikan banyak manfaat bagi kedua pihak.

Jepang pun berkomitmen terus berkontribusi dalam pembangunan ekonomi di Indonesia pada masa mendatang.

Pada perayaan kemerdekaan ke-100 pada tahun 2045, Dubes Ishii berharap Indonesia bisa masuk dalam permainan global dan menjadi lima besar ekonomi besar global, sehingga bisa mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas di dalam negeri.

Menanggapi hal ini, Utusan Khusus Presiden RI untuk Investasi Jepang Rachmat Gobel menilai investasi Jepang yang telah berlangsung beberapa dasawarsa terbukti turut mendukung peningkatan kesejahteraan nasional.

Baca juga: 2.000 peserta magang dikirim ke Jepang setiap tahun


Banyaknya hasil yang telah diberikan dari kerja sama dengan Jepang yang mengedepankan kualitas, tentu tidak lepas dari komitmen Jepang yang tidak hanya berinvestasi tapi juga memberikan nilai yang baik.

Jepang, selain menawarkan investasinya juga turut mengenalkan teknologi terbaru dan terdepan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi Indonesia.

Melalui proses penelitian dan pengembangan (R&D) yang apik, maka bisa menghasilkan keuntungan lebih tinggi guna mendukungan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar.

Konsep inilah menjadi modal Jepang untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan Indonesia.

Dalam 15 tahun terakhir, invetasi Jepang dalam berbagai bidang di dalam negeri telah berhasil menciptakan lapangan kerja bagi tenaga lokal sebesar 4,7 juta jiwa dan investasi tersebut telah menyumbang 6,1 persen GDP nasional.

Kerja sama perdagangan dengan Jepang juga turut berkontribusi menghasilkan nilai ekspor Indonesia yang mencapai 18,1 persen atau sekitar Rp407 triliun.

Sementara pada kurun waktu lima tahun terakhir, nilai investasi Jepang di Indonesia sebesar Rp286,3 triliun, yang sekitar 87 persennya dialokasikan pada sektor manufaktur, seperti otomotif, elektronika, makanan, dan minuman.

Hal itu ditambah keterlibatan Jepang pada bidang infrastruktur melalui pembangunan pembangkit listrik yang mencapai besaran 8.700 MW.

Sektor Pertanian

Selama ini alih teknologi lebih banyak berlangsung pada sektor manufaktur atau industri, namun kali ini Rachmat Gobel meminta Jepang berkontribusi dalam mengembangkan teknologi di sektor pertanian Indonesia yang dinilai masih tertinggal.

Selama ini, kerja sama dengan Jepang di bidang manufaktur sudah berjalan sangat baik, namun pemerintah juga tertarik untuk melihat bagaimana penerapan teknologi dapat memperbaiki sektor pertanian.

Menurut dia, Indonesia dengan lahan pertanian luas, sejatinya negara agraris, namun sektor tersebut justru kalah dengan sektor manufaktur dan industri.

Mantan Menteri Perdagangan tersebut menilai Indonesia harus memperkuat sektor pertanian yang pernah menjadi fondasi ekonomi negara.

Ia menilai sektor lain sejatinya merupakan pelengkap. Jadi kalau pertanian bisa dikembangkan, manfaatnya tidak hanya bagi petani tapi juga memperkuat struktur pondasi ekonomi nasional.

Gobel juga mengamati tentang meningkatnya impor bahan pangan, yang salah satu penyebabnya terkait dengan implementasi teknologi pertanian yang masih kurang.

Akibat kurangnya penerapan teknologi di lapangan berdampak tidak efisien hasil produksi dan mengakibatkan naiknya harga komoditas.

Oleh karena harga komoditas naik, yang di dalam prosesnya juga terpengaruh permainan harga oleh sejumlah pihak, maka pemerintah pun memutuskan impor komoditas pangan tertentu untuk menekan harga.

Informasi tersebut ia sampaikan merujuk pada temuan di lapangan saat menjabat sebagai Menteri Perdagangan.

Oleh karena itu, suatu kehormatan dan martabat bangsa jika pertanian Indonesia lebih kuat.

Bagaimana pun pertanian, perkebunan, serta kelautan, adalah basis yang kuat dan sebetulnya menjadi lapangan kerja terluas.


Baca juga: HUT Kaisar dan 60 Tahun Hubungan Diplomatik jadi momentum perkuat kerja sama Jepang-Indonesia
Baca juga: Menteri PUPR pelajari teknologi peningkatan dam Jepang
Baca juga: Perkuat hubungan diplomatik, Indonesia-Jepang berkolaborasi kembangkan EBT

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018