Paris (ANTARA News) - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Ahad (23/12) mengecam keputusan AS untuk menarik tentaranya dari Suriah.
"Saya sangat menyesalkan keputusan yang diambil mengenai Suriah," kata Macron.
Macron berbicara dalam satu taklimat bersama timpalannya dari Chad Presiden Idriss Deby di Ibu Kota Chad, N`Djamena.
"Satu sekutu harus bisa diandalkan, untuk bekerja sama dengan sekutu lainnya," kata Macron, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin. "Menjadi sekutu adalah perjuangan untuk bahu-membahu."
Ia juga memuji Menteri Pertahanan AS James Mattis, yang mundur setelah keputusan penarikan tentara oleh Presiden AS Donald Trump.
Baca juga: Menteri Pertahanan AS nyatakan mundur setelah berselisih dengan Trump
Presiden Trump telah mengumumkan beberapa rencana pada Rabu lalu (19/12) untuk menarik sebanyak 2.000 prajurit AS dari Suriah setelah percakapan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dalam perbincangan itu, kedua pemimpin tersebut menyepakati perlunya koordinasi yang efektif di negara yang dicabik perang tersebut.
AS mulai melancarkan serangan udara di Suriah pada 2014 dan mengerahkan tentara ke negeri itu untuk membantu perang melawan Da`esh bersama mitra lokalnya.
Beberapa laporan menyatakan pasukan AS akan meninggalkan negeri tersebut dalam waktu 60 sampai 100 hari.
Penarikan dilakukan pada malam kemungkinan operasi militer Turki di bagian timur-laut Suriah terhadap kelompok gerilyawan YPG/PKK.
Sejak 2016, Ankara telah melancarkan dua operasi militer serupa di Suriah Utara.
Baca juga: Macron-Trump pernah diskusi soal perdamaian Timur Tengah
Editor: Chaidar Abdullah
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018