Jombang (ANTARA News) - Puluhan warga dari berbagai organisasi lintas agama dan etnis di Jawa Timur, berziarah ke makam mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid di kompleks makam Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, yang dilakukan sebagai bagian dari peringatan sembilan tahun meninggalnya Gus Dur.

"Gus Dur (sapaan akrab KH Abdurrahman Wahid) adalah simbol gerakan perlawanan terhadap ketidakadilan bagi kelompok minoritas," kata Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Jawa Timur, Gatot Santoso, di Jombang, Minggu.

Ia mengatakan, Gus Dur melakukan banyak hal atas dasar kemanusiaan. Gus Dur membela siapapun yang tertindas, tanpa peduli latar belakang identitasnya, yang sudah terbukti dari berbagai kebijakan yang telah dibuat selama ini, termasuk saat menjabat sebagai Presiden keempat tersebut.

"Gus Dur melakukan itu atas dasar kemanusiaan. Siapapun yang tertindas, tanpa mempedulikan latar belakang identitasnya, akan dibela. Bisa dikatakan agamanya Gus Dur adalah kemanusiaan," katanya.

Hal senada juga disampaikan Karno H Limanjoyo dari Perkumpulan Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Timur. Selama ini Gus Dur telah meletakkan fondasi yang sangat penting terkait penghormatan pada perbedaan.

Namun, ia menyatakan, Indonesia saat ini sedang diuji integritasnya sebagai bangsa yang majemuk. Bahkan, banyak berembus isu tentang agama yang dampaknya bisa negatif seperti memecah belah bangsa.

"Isu agama dan etnis terus dikobarkan untuk memecah belah persatuan NKRI," ujarnya.

Kordinator Gusdurian Jombang, Aan Anshori mengatakan, ziarah itu sengaja digelar. Ia dengan warga dari berbagai organisasi lintas agama di Jatim ingin berziarah dan mengambil spirit dari Gus Dur sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari.

"Kita membutuhkan spirit Gus Dur untuk memastikan negara ini tidak bubar dan punah. Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan" kata Aan Anshori yang juga sebagai penanggung jawab acara tersebut.

Sebelum ke makam, mereka awalnya berkumpul di kompleks Museum Islam Indonesia Jombang, yang berada di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang.

Mereka yang berkumpul adalah para aktivis dari Gusdurian Jombang dengan aktivis Inti dan PSMTI Jawa Timur.

Selain Inti, PSMTI dan Gusdurian Jombang, acara ini juga dihadiri perwakilan Ahmadiyah, Paroki SMTB Surabaya, Roemah Bhinneka, Klenteng Teng Swie Bio, Jombang Student Interfaith Forum, dan Muda-Mudi Kelenteng Hong San Kion Gudo.

Saat tiba di makam, mereka juga mengadakan doa bersama, sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Mereka berdoa menggunakan cara Khonghucu, Islam, dan Katolik dengan khusyuk. Untuk umat Muslim, melakukan tahlil dan lantunan ayat suci Al-Quran.

Selain doa bersama, para peziarah juga menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dalam aksinya, para peziarah juga membagikan aneka kue bagi yang hadir di lokasi.

Warga yang ada di lokasi makam di Pesantren Tebuireng Jombang itu menerima dengan senang hati aneka kue yang diberikan tersebut. Setelah kegiatan ziarah selesai, mereka meninggalkan makam bersama-sama.

Baca juga: PKB gelar Konsolidasi Caleg dan Haul Gus Dur
Baca juga: Presiden sebut tata krama politik Gus Dur bisa jadi pelajaran


Pewarta: Asmaul Chusna/ H. Sujarwoko
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018