Manila (ANTARA News) - Sekitar 1.000 tentara diangkut ke ibukota Filipina pada Jumat di tengah laporan-laporan adanya suatu komplotan untuk menggoyang pemerintahan Presiden Gloria Macapagal Arroyo karena tenjadinya skandal politik, kata kepala militer. Jenderal Hermogenes Esperon mengatakan, enam perwira muda sedang diselidiki atas dugaan merekrut tentara untuk membantu suatu kelompok mantan tentara guna meraih kekuasaan politik. "Kami membutuhkan pasukan tambahan semata-mata untuk kasus itu," kata Esperon kepada wartawan. "Sebagaimana kami telah katakan, terdapat upaya, kami ingin keadaan menjadi aman. Kami ingin menambah pasukan bersama kami di sini." Militer Filipina menjadi instrumen dalam penggulingan dua presiden dengan 1986 dan Arroyo, yang didorong untuk memerintah setelah terjadinya pemberontakan yang didukung angkatan darat pada 2001, dan terhindar dari upaya kudeta pada 2003. Militer mengatakan, dugaan pembayaran suatu kesepakatan negara dengan perusahaan telekomunikasi China telah membesarkan hati kelompok anti-Arroyo yang kemudian menimbulkan masalah antar pasukan. Namun, para analis menilai, pemerintah meningkatkan resiko dugaan itu untuk mengalihkan perhatian dari skandal pembayaran kembali dan tetap mengawasi oposisi. "Bisa jadi itu adalah suatu kelompok pasukan bajingan, namun mereka tidak memiliki kemampuan untuk menumbangkan pemerintah. Di samping, sebagian besar pemimpin mereka berada di bawah penahanan," kata Earl Parreni, seorang analis politik pada Lembaga Reformasi Politik dan Pemilu. "Terdapat suatu propaganda perang sedang terjadi," katanya. Presiden Arroyo mengatakan, stabilitas politik diperlukan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi dan persaingan. "Itulah sebabnya mengapa kita harus menghentikan hiruk-pikuk politik dan menopang mementum upaya-upaya kita," kata Arroyo dalam acara di istana untuk meluncurkan pekan pemberantasan kejahatan nasional kepada Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007