Bandarlampung (ANTARA News) - Warga pesisir pantai Kota Bandarlampung masih berbondong-bondong berdatangan ke lokasi pengungsian di kantor Gubernur Lampung.

Berdasarkan pantauan, Minggu pagi, warga terus berdatangan ke kantor gubernur untuk mengungsi, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Bahkan tidak sedikit yang membawa barang kebutuhannya seperti kasur, selimut, bantal dan pakaian ganti selama berada di posko pengungsian.

Sekretaris Daerah Lampung, Hamartoni Ahadis meminta masyarakat tetap waspada dan jangan mudah percaya atas isu-isu yang menyebutkan akan adanya tsunami di daerah pesisir pantai.

"Jangan mudah terpercaya bila ada yang mengatakan tsunami akan terjadi. Tetapi harus tetap waspada dan berhati-hati bila terjadi gelombang tinggi susulan," ujarnya.

Sebanyak tujuh orang warga meninggal dan 89 luka-luka akibat gelombang tinggi air laut di Lampung Selatan, yang terjadi Sabtu sekitar pukul 22.00 WIB.

"Dampak terparah terjadi di empate kecamatan Lampung Selatan, yakni Kalianda, Rajabasa, Sidomulyo, dan Katibung," kata Kepala BPBD Lampung Selatan, I Ketut Sukerta, saat dihubungi dari Bandarlampung, Minggu.

Pihaknya akan terus mencari kemungkinan korban lainnya di empat kecamatan tersebut.

Ia menjelaskan,BPBD Lampung Selatan, sejak tadi malam hingga sekarang terus mencari dan mengevakusi korban.

"Fokus kita diempat kecamatan tersebut," tambahnya.

Sementara siaran pers terkini dari Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) menyatakan dampak tsunami dan gelombang tinggi yang menerjang pantai di Selat Sunda, khususya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang menyebabkan 43 orang meninggal dunia.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Minggu, mengatakan data sementara hingga pukul 07.00 WIB menunjukkan tsunami dan gelombang tinggi telah menyebabkan 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan dua orang hilang.

BNPB menghimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai saat ini. BMKG dan Badan Geologi masih melakukan kajian untuk memastikan penyebab tsunami dan kemungkinan susulannya.

Baca juga: Pemerintah turunkan Tagana, bangun dapur umum untuk korban tsunami
Baca juga: Seorang biduan ikut terseret gelombang di Tanjung Lesung
Baca juga: Personel dan kru band Seventeen dikabarkan jadi korban tsunami Selat Sunda

Pewarta: Hisar Sitanggang
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018