Makassar (ANTARA News) - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo meminta pendukungnya di Sulawesi Selatan bergerak agar dapat mencapai suara 75 persen dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
"Perlu saya ingatkan bahwa di tahun 2014, Sulawesi Selatan kita menangkan dengan angka 71,3 persen, tapi saya harus 'ngomong' apa adanya, saat ini survei terakhir posisinya sama. Posisnya 47-47 (persen), sama, tapi saya tahu ini bapak ibu dan saudara semua belum bergerak," kata Joko Widodo (Jokowi) di hotel Clarron Makassar, Sabtu.
Ia menyampaikan hal tersebut dalam rapat koordinasi daerah (Rakorda) Tim Kampanye Daerah provinsi Sulawesi Selatan yang dihadiri Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Ketua Tim Kampanye Nasional Erick Thohir, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, Ketua DPD Partai Golkar Sulsel, Nurdin Halid.
Posisi 47-47 itu bila dibandingkan dengan survei raihan suara capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Jokowi pun bertanya kepada Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Sulsel sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) DPP Partai Golkar, Syamsul Bachri mengenai terget suara di provinsi tersebut.
"Pak Syamsul Bachri targetnya berapa sih di sini? Pak Ketua menyampaikan ini, kita dengarkan bersama ya, ini yang 'ngomong' Pak Ketua, 75 persen, saya catat, tapi kalau melihat hasil di 2014, itu bukan sesuatu yang tinggi, tinggi banget. Ini sesuatu yang wajar tapi perlu kerja keras kita," ungkap Jokowi.
Capres petahana itu menilai bahwa target tersebut adalah hal yang wajar karena pada 2014, Jokowi-Jusuf Kalla mendapat suara 71,3 persen.
"Pasti saya yakin akan melebihi 71,3 persen, saya yakin, tapi sekali lagi sekarang ini dunia sudah berubah politik global, ekonomi global berubah," ungkap Jokowi.
Jokowi mengungkapkan pada 2016 ia sempat bertemu dengan PM Inggris saat itu David Cameron dan bicara mengenai kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa yang lazim disebut British Exit atau Brexit.
"Tiga minggu sebelum referendum Brexit saya bertemu dengan PM Inggris, David Cameron, Pak Cameron referendum Brexit bagaimana kira-kira? Dia jawab 'Presiden Jokowi pasti kita menang besar, dia yakin menang, tapi apa yang terjadi? Saat referendum, David Cameron kalah, hati-hati perubahan politik global," kata Jokowi.
Referendum Brexit yang diadakan pada Kamis 23 Juni 2016. Referendum itu diikuti 30 juta pemilih, dengan hasil 51,9 persen memilih untuk keluar dari Uni Eropa dan 48,1 persen memilih untuk tetap tergabung dengan Uni Eropa.
"Kita tahu Hillary Clinton dan Donald Trump, semua survei memberikan angka Hillary menang, saya sudah tebak sejak Brexit bahwa Trump menang dan benar Donal Trum menang, yang ingin saya gari bawahi adalah hati-hati bekerja dalam politik sekarang karena perubahan-perubahan yang tidak kita duga terjadi sangat cepat," ungkap Jokowi.
Perubahan itu terjadi karena isu-isu yang dikembangkan lalu menyebabkan seseorang dapat jatuh karena isunya tepat.
"Oleh sebab itu pada ksempatan ini saya ingin titip betul, jangan sampai militansi kita kendor, jangan sampai kerja kita tinggal 3 bulan kendor gara-gara kita meyakini angka yang kita peroleh sudah tinggi dan gap-nya sudah lebar, hati-hati jangan sampai ada yang berpikiran seperti itu," tegas Jokowi.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan capres, yaitu nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: Jusuf Kalla bersedia terus dampingi Jokowi-Ma'ruf
Baca juga: Pesan JK: Pemilih Golkar jangan mendua
Baca juga: JK: Ke depan, Jokowi pasti belajar dari keadaan
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018