Washington (ANTARA News) - Es di laut Kutub Utara menyusut sampai tingkat paling rendahnya pekan ini, sehingga mengalahkan catatan pada 2005 dan terus mengalami kecenderungan yang dipicu oleh pemanasan global akibat ulah-manusia, kata beberapa ilmuwan Kamis.
"Itu adalah kemerosotan terbesar dari catatan terdahulu yang pernah kita saksikan dan itu sungguh sangat membuat kami heran," kata Walt Meier, kata seorang ilmuwan penelitian di U.S. National Snow and Ice Data Center di Colorado.
Es laut membeku dan mencari berdasarkan musim, tapi tak pernah es itu menyusut sampai jadi jalur keci saat ini, demikian antara lain data dari pusat penelitian tersebut yang disampaikan dalam suatu pernyataan.
Dibandingkan dengan pada 2005, tahun dengan catatan paling rendah bagi es laut Kutub Utara, tahun ini memperlihatkan penurunan lebih dari 1 juta kilometer persegi.
Itu sama besarnya dengan ukuran Teksas ditambah California, atau hampir lima kali ukuran negara Inggris, kata pusat tersebut. Itu merupakan kemerosotan lebih dari dua kali lipat antara 2005 dan 2003, tahun dengan catatan terendah.
"Itu adalah perubahan dramatis dalam satu tahun," kata Meier mengenai penurunan jumlah es laut tersebut pada tahun ini. "Tentu saja, kita menghadapi kecenderungan penurunan selama 30 tahun terakhir atau lebih, tapi ini benar-benar mempercepat kecenderungan itu."
Jumlah es paling minim terjadi pada Ahad dan pembekuan sudah mulai terjadi di beberapa tempat, demikian citra satelit yang digunakan oleh pusat tersebut.
Penyejuk Bumi
Es laut yang mencair, tak seperti gletser Greenland dan Kutub Selatan yang mencair, tak memberi sumbangan bagi kenaikan permukaan air laut, lebih banyak seperti es batu di gelas berisi air yang tak membuat permukaan cairan naik ketika mencair.
Namun, tanpa kilauan putih es laut untuk memantulkan sinar matahari, Bumi kehilangan apa yang disebut sebagian ilmuwan cuaca sebagai penyejuk udaranya.
Makin sedikit es di sana, makin banyak air gelap di sana untuk menyerap radiasi sinar matahari yang hangat.
Catatan tahun ini disebabkan oleh "topan sempurna" faktor interaksi, kata Meier melalui telefon kepada Reuters.
Semua itu meliputi sistem tekanan tinggi yang berlangsung lama yang membuat langit tak berawan di atas Kutub Utara, serta sirkulasi pola yang mendorong es ke luar Kutub Utara ke arah Greenland, dan bukan membiarkannya memutar ke arah utara Laut Baufort di Alaska sebagaimana biasanya.
Selain itu, juga terdapat es yang lebih tipis saat peristiwa terjadi, kata Meier.
Meskipun jumlah minimum es tahun ini tak dapat secara langsung dihubungan dengan perubahan cuaca global "anthropogenic" -- yang disebabkan oleh manusia -- kecenderungan yang membuatnya terjadi, katanya.
"Tahun ini, alasan mengapa (es tersebut) sangat sedikit bukan terjadi karena terdapat lebih banyak karbon dioksida yang dipicu secara anthropogenic dalam satu tahun terakhir, itu terjadi karena tekanan tinggi ini ... tapi anda tak dapat benar-benar menjelaskan kecenderungan secara keseluruhan tanpa melibatkan pemanasan global anthropogenic," kata Meier.
Ia juga menyatakan bahwa penurunan es laut Kutub Utara diramalkan dalam contoh yang digunakan oleh Panel Antar-pemerintah PBB mengenai Perubahan Cuaca, yang tahun ini menyatakan dengan kemungkinan 90 persen bahwa pemanasan global terjadi dan kegiatan manusia memberi sumbangan bagi peristiwa tersebut.
Namun, es laut itu menghilang jauh lebih cepat dibandingkan dengan contoh yang pernah diramalkan, kata Meier. (*)
Copyright © ANTARA 2007