New York (ANTARA News) - Dolar AS terpuruk ke rekor terendah terhadap euro, Kamis, setelah Ketua Federal Reserve AS (THe Fed), Ben Bernanke, memperingatkan bahwa kesulitan mortgage AS dapat semakin dalam, sehingga meningkatkan harapan penurunan suku bunga. Mata uang AS juga terbebani oleh kabar angin Saudi Arabia sedang menurunkan pematokan (peg) mata uang domestiknya terhadap dolar AS, kata para analis. Euro berada di posisi 1,4065 dolar sekitar 2100 GMT, naik dari 1,3957 dolar pada akhir Rabu di New York. Pada awal perdagangan mata uang tunggal Eropa ini sempat mencapai rekor tertinggi baru pada 1,4098 dolar. Sementara terhadap mata uang Jepang, euro turun menjadi 161,25 yen dari 162,02 yen pada akhir Rabu dan dolar jatih menjadi 114,63 yen dari 116,07 yen. Dalam kesaksian kepada Kongres AS, Ketua Fed Bernanke mengatakan Bank Sentral AS menurunkan suku bunga dan menambah likuiditas ke sistem keuangan di tengah "pasar yang tertekan signifikan" dan kerugian besar tak terkira di sektor perumahan. Ekonomi dan pasar bereaksi terhadap kerugian di wilayah subprime mortgage "telah jauh kelewatan, bahkan sangat pesimis terhadap estimasinya," kata dia kepada Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat AS. Bernanke memperkirakan bahwa masalahnya akan lebih buruk karena banyak pemilik rumah kesulitan melakukan pembayaran. Pada Selasa, the Fed menurunkan suku bunga dasar federal funds setengah poin menjadi 4,75 persen untuk membantu melonggarkan kredit ketat yang mengancam ekonomi AS. Para analis Capital Economics mengatakan dolar turun tajam terhadap euro karena ekspektasi bahwa suku bunga AS akan turun lagi dan dapat turun di bawah suku bunga zona euro yang saat ini berada pada 4,0 persen. "Setelah beberapa bulan ke depan, kami yakin bahwa pasar akan mulai berspekulasi bahwa suku bunga AS akan turun di bawah suku bunga zona euro, karena the Fed menurunkan suku bunga berikutnya untuk merespon data ekonomi yang melemah," kata mereka. Para analis memperkirakan penurunan lebih lanjut untuk dolar, beberapa berkeyakinan euro dapat naik hingga mencapai 1,50 dolar pada pertengahan tahun 2008. "Dolar masih sangat rapuh dan dalam jangka pendek mungkin akan terus melemah," kata Derek Halpenny, ekonom senior pada Bank of Tokyo-Mitsubishi di London. Dolar juga terpukul oleh spekulasi tentang pematokan Arab Saudi terhadap dolar setelah Otoritas Moneter Arab Saudi tidak menurunkan suku bunganya menyusul langkah the Fed pada Selasa, kata para analis, seperti dilaporkan AFP. "Ini pertama kali bank sentral tidak mengambil langkah sama dengan suku bunga AS dan deviasi ini memicu ketakutan bahwa negara tersebut sedang mempersiapkan untuk melepaskan pematokannya dengan dolar," kata John Kicklighter dari Forex Capital Markets. "Jika negara ekpsortir minyak terbesar di dunia tersebut melepas pematokannya, pasti akan menjadi sebuah pukulan untuk greenback." Dalam perdagangan terakhir di New York, dolar berada pada 1,722 franc Swiss turun dari 1,1838 franc akhir Rabu. Sementara pound naik tipis menjadi 2,0079 dolar dari 2,0004 dolar. (*)

Copyright © ANTARA 2007