Indonesia selama ini masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara lain di bidang industri petrokimia
Jakarta, (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai positif masuknya PT Pertamina (Persero) dalam industri petrokimia bahkan BUMN tersebut seharusnya juga mengintegrasikan industri itu dari hulu sampai hilir..
"Tentu saja kita sambut gembira. Jadi, meski sebenarnya Indonesia sudah tertinggal dalam industri ini satu dekade, paling tidak kita bisa berharap bahwa lima tahun ke depan kita akan lebih baik," kata Wakil Komisi Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kadin Indonesia, Achmad Widjaya di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, saat ini Indonesia tertinggal jauh dibandingkan negara-negara lain di bidang industri petrokimia, hal itu dikarenakan sebagian besar bahan baku petrokimia diperoleh melalui impor, termasuk di antaranya adalah Nafta.
"Jadi kalau tidak dimulai dari sekarang, kita akan lebih terlambat lagi," lanjut Widjaya melalui keterangan tertulisnya.
Dia berharap bahwa Pertamina tidak hanya fokus pada sisi hulu petrokimia namun juga harus mulai mengintegrasikan bisnis tersebut dari hulu sampai hilir, karena investasi petrokimia sangat besar, serta mempunyai pola industri jangka panjang.
"Selain itu, juga karena keuntungan atau profit kembali yang diperoleh adalah jangka panjang," katanya.
Selama ini, menurut dia, pelaku usaha sektor petrokimia di tanah air sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk 265 juta jiwai. Industri petromikia yang ada misalnya Chandra Asri dan Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban dinilai belum cukup.
Oleh karena itu, Wijaya mengatakan, kesempatan Pertamina untuk mengintegrasikan industri petrokimia dari hulu sampai hilir, juga sangat terbuka. Sebab, memang hanya korporasi-korporasi besar yang bisa masuk ke dalam industri tersebut.
"Kalau korporasi yang tanggung tidak mungkin masuk ke bisnis seperti itu. Nah itu yang kita harus kaji lebih dalam lagi agar bisa masuk dan pintu-pintu Pertamina harus dibuka," ujarnya.
Saat ini, melalui tiga kilangnya, yaitu Plaju, Dumai, dai Cilacap, Pertamina memang tengah konsen memproduksi bahan baku petrokimia, yaitu Polypropylene. Bahan baku tersebut sangat dibutuhkan dalam berbagai industri, misalnya bijih plastik.
Keseriusan Pertamina menggeluti industri ini juga ditandai dengan peresmian Operator Training Simulator (OTS) Polypropylene di Pertamina RU III pekan ini.
Peresmian OTS merupakan salah satu terobosan untuk mempercepat peningkatan kompetensi para pekerja serta sebagai sarana improvement process sebelum diaplikasikan di Kilang Petrokimia.
OTS merupakan perangkat simulator yang mensimulasikan seluruh kegiatan operasional kilang baik dari dalam Distributed Control System (DCS) maupun langsung dari lapangan.
Baca juga: Pertamina raih kemitraan terbesar dari Forum Investasi, bangun pabrik petrokimia
Baca juga: RI mampu jadi pusat pertumbuhan industri petrokimia
Pewarta: Subagyo
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2018