Serang (ANTARA News) - Realisasi program upaya khusus (upsus) subsektor tanaman pangan di Banten untuk padi, jagung, talas, dan kedelai hingga menjelang akhir 2018 mencapai 95,76 persen dari target 100 persen.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M Tauchid di Serang, Kamis, menjelaskan realisasi penanaman kedelai dari target penanaman 20 ribu hektare pada 2018 ini semua sudah terealisasi dengan tingkat produktivitas mencapai 5 ton per hektare.
"Hasil kedelai yang dikembangkan di Banten, tidak hanya memasok kebutuhan setempat tapi juga dijual ke daerah lain," katanya.
Selanjutnya, penanaman talas dari target 200 hektare di Pandeglang sudah terealiasi sekitar 100 hektare dalam bentuk tanaman jenis talas beneng. Kemudian tanaman padi gogo juga terealisasi penanaman seluas 26.227 hektare, untuk wilayah Banten Selatan dengan bantuan anggaran yang bersumber dari APBN.
Untuk tanaman jagung, kata Agus, dari target penanaman seluas 90 ribu hektare pada 2018 sudah terealiasi seluas 71.595 hektare dan masih tersisa sekitar 18 ribu hektar yang kemungkinan penanamannya bisa dilakukan pada 2019.
"Sisanya masih ada sekitar 18 ribu hektare lebih akan menyeberang ke 2019. Target tetap kami kejar meskipun tidak selesai pada akhir tahun ini.
Kalau tahun ini ada bantuan pupuk sekitar 50 kg per hektare, tahun depan hanya bantuan benih saja. Untuk itu para petani didorong untuk mandiri," kata dia.
Dalam program penanaman jagung tersebut, kata dia, bantuan yang diberikan dari APBN untuk para petani bukan hanya benih dan bibit, tetapi alat pengering dengan tenaga ultraviolet juga dibantu oleh pemerintah bagi para petani jagung sebanyak empat unit.
"Hasil evaluasi 2017 waktu panen terjadi pada musim hujan dan tidak ada pengering. Jadi, belajar dari pengalaman itu, sekarang dibantu dengan pengering (dryer)," kata Agus.
Ia mengatakan, untuk program penanaman jagung tahun 2019 di Banten targetnya turun menjadi 33 ribu hektare sesuai dengan target yang diberikan pemerintah pusat ke Banten dan juga beberapa daerah lainnya juga turun. Sedangkan kemampuan lahan di Banten sangat mencukupi, hanya saja manajemen waktu penanaman yang masih perlu diperbaiki.
"Saat ini masih proses pengasuhan bagi para petani. Nanti kalau sudah jalan dan mandiri, maka dipastikan akan meningkatkan kesejahteraan para petani. Sebab perusahaan pakan ternak sudah siap menampung termasuk menerima penjualan jagung basah," kata Agus.
Menurutnya, dalam menjalankan program upaya khusus (upsus) penanaman padi, jagung dan kedelai tersebut melibatkan sejumlah pihak termasuk unsur pengawas dari TNI.
"Tadi juga pak Danrem hadir dan mengapresiasi program ini, karena kalau sudah jalan mandiri akan meningkatkan kesejahteraan petani di Banten," kata Agus.
Terkait dugaan ada kerugian dari program ini yang saat ini sedang diproses oleh pihak penegak hukum, ia mengatakan, pihaknya masih menunggu hasilnya dan pihaknya sangat menghormati proses yang sedang ditempuh.
"Kami menghargai proses itu, tunggu saja hasilnya seperti apa nanti," kata Agus.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak, Dede Supriatna secara terpisah menyatakan produksi jagung di daerah ini hingga November 2018 mencapai 24.368 ton dari hasil panen lahan seluas 8.596 hektare.
"Pengembangan jagung merupakan bagian dari upsus pangan, dan produksinya yang cukup tinggi telah mempengaruhi pada peningkatan perekonomian para petani di Lebak," katanya.
Pemkab Lebak memberikan apresiasi terhadap program upsus pengembangan padi, jagung dan kedelai (pajale), karena selain mendorong lebih menggeliatnya sektor pertanian, juga menjadi andalan pendapatan para petani setempat.
"Petani mengembangkan dan memperluas pertanian jagung, karena hasilnya cukup menggembirakan sehingga memicu mereka untuk terus mengembangkan komoditas ini," ujarnya.
Produksi jagung Kabupaten Lebak juga memberikan kebutuhan untuk masyarakat DKI Jakarta serta perusahaan peternakan.
"Kami mendorong petani terus meningkatkan produktivitas, sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka," ujarnya.
Ia juga menjelaskan, tahun ini Kementerian Pertanian menyalurkan bantuan benih jagung melalui program upsus untuk kebutuhan seluas 27.000 hektare. Bantuan ini menjadi pendorong semangat para petani.
Sebagian besar benih jagung itu sudah dilaksanakan percepatan tanam dan ditargetkan bisa ditanam hingga Desember sehubung curah hujan cenderung meningkat.
Perguliran ekonomi pertanian jagung mencapai miliaran rupiah dari produksi 24.368 ton dengan harga pipilan Rp3.000 per kg. Petani bisa menghasilkan pendapatan antara Rp12 juta sampai Rp15 juta per hektare, dengan produksi rata 4-5 ton/hektare.
Selain mendorong peningkatan produksi, Pemkab Lebak juga terus berupaya meningkatkan kualitas, melalui sosialisasi pada kelompok tani terkait penerapan rekayasa teknologi pertanian, terlebih tanaman jagung membutuhkan pemupukan cukup tinggi.
Ujang (55) seorang petani di Kecamatan Gunungkencana, Kabupaten Lebak, mengakui kini mengembangkan tanaman jagung di lahan darat seluas satu hektare melalui bantuan program upsus pajale.
Produksi jagung bantuan Kementerian Pertanian sangat membantu pendapatan ekonomi keluarga. Hasil panen jagung awal tahun 2018 mendapatkan keuntungan Rp12 juta per hektare.
"Kami berharap tanaman jagung seluas satu hektare tumbuh subur hingga menghasilkan produksi delapan ton," katanya.
Pemkab Pandeglang, yang pada 2018 diberi target penanaman jagung 59.300 hektere oleh Kementerian Pertanian berhasil merealisaikan target tersebut.
Selain jagung, Pemkab Pandeglang juga diberi target pengembangan padi gogo sebanyak 11.325 ha dan kedelai 19.000 ha.
"Produksi pertanian kita, terutama padi, jagung dan kedelai (pajale) selama ini memang cukup bagus, namun diharapkan ke depan akan lebih baik lagi, dan ini diperlukan dukungan dari semua pihak, termasuk perbankan," kata Bupati Pandeglang, Irna Narulita.
Pemkab Pandeglang terus berupaya mengembangan berbagai komoditi pertanian, dan memperluas areal penanaman komoditi unggulan, jadi keinginan Kementerian Pertanian itu memang sejalan dengan pemda setempat.
Pajale merupakan komoditi pertanian yang selama ini terus kita kembangkan, dan ke depan akan ditingkatkan. Pemkab Pandeglang akan berupaya mempertahankan predikat sebagai sentra produksi pajale di Provinsi Banten.
"Untuk mempertahankan predikat itu kita harus mampu meningkatkan produksi tiga komoditi tersebut, atau minimal mempertahankannya, jangan sampai menurun, terutama padi, " katanya.
Penyuplai Benih
Dampak positif dari upsus yang digulirkan pemerintah pusat, melalui Kementerian Pertanian, tidak hanya mendorong produksi padi, jagung dan kedelai di kabupaten/kota di Provinsi Banten, bahkan lebih dari itu. Kabupaten Pandeglang menjadi penyuplai kebutuhan benih kedelai ke daerah lain.
Pada Oktober 2018, Pemkab Pandeglang menyuplai 35 ton benih kedelai untuk mencukupi kebutuhan para petani di Provinsi Lampung.
"Selain ke Lampung, kita sebelumnya telah menyediakan benih kedelai untuk Kabupaten Serang sebanyak 10,3 ton," kata Bupati Pandeglang, Irna Narulita.
Bupati memberikan mengapresiasi pada para petani, karena benih kedelai yang dikirim tersebut merupakan hasil dari kerja keras para petani.
"Para petani luar biasa, padahal kemarau panjang tapi di Pandeglang dapat terus panen, ini anugrah harus kita syukuri," katanya.
Irna menyampaikan, tujuan dari ditutupnya keran impor karena pemerintah pusat meyakini para petani di Indonesia, khususnya Pandeglang mampu memenuhi kebutuhan benih kedelai sendiri.
"Kita yang produksi, kita yang pakai. Nanti jika sudah surplus kita dapat meyuplai daerah luar," ujarnya.
Bupati mengatakan, sangat serius dalam mendorong kemajuan Pertanian di Pandeglang. Untuk memajukan pertanian memang butuh perjuangan besar.
"Saya pertaruhkan tenaga buat petani, semoga kita terus berusaha dan bersyukur karena bantuan terus bergulir untuk benih ke Kabupaten Pandeglang," ujarnya.
Setelah sukses dalam kedelai, Irna berharap kemandirian benih dapat dikuti oleh komoditas lainnya seperti jagung dan Padi, "Kita produksi kedelai sekarang, setelah kedelai bisa kita dorong untuk padi," tandasnya.
Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian Pandeglang, Nasir mengatakan memang sebelumnya juga sering meyuplai kedelai ke daerah luar Pandeglang, namun bukan benih melainkan untuk konsumsi, "Untuk meyuplai benih baru tahun ini, jadi saya kita ini sejarah buat kami," kata Nasir.
Menurutnya, kedelai yang disuplai ke Provinsi Lampung saat ini dari dua Desa Mandiri Benih (DMB), dari sembilan DMB yang ada di Pandeglang.
"Dua desa itu adalah Kertaraharja, Kecamatan Sobang poktan Pancalsari, dan Desa Panimbangjaya, Kecamatan Panimbang. Pada benih itu juga tertera dengan lebel kelompok taninya," ungkapnya.
Menurut Nasir, permintaan benih kedelai saat ini memang cukup banyak, namun ada sedikit kendala dari DMB untuk pembelian calon benih dari kelompok tani dan sarana sortir.
Setelah menyuplai Provinsi Lampung, selanjutya Banten akan menyuplai benih ke Lubuk Linggau, Provinsi Sumatera Selatan.*
Baca juga: Banten tolak masuknya beras impor
Baca juga: DPRD Banten apresiasi Polisi awasi potensi kerugian proyek jagung
Pewarta: Sambas
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018