Barabai (ANTARA News) - "Ketika pohon terakhir ditebang, ketika sungai terakhir dikosongkan, ketika ikan terakhir ditangkap, barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat memakan uang."

Kutipan pernyataan Wakil Bupati Hulu Sungai Tengah pada 2016, Ahmad Chairansyah, yang kini menjabat sebagai bupati setempat itu, seakan menjadi cambuk bagi masyarakat dan pemerintah kabupaten setempat untuk tidak mengorbankan kelestarian alam dan lingkungan, demi uang atau apapun yang menghancurkan hanya untuk memenuhi ambisi sesaat.

Sejak beberapa tahun terakhir, masyarakat dan pemerintah kabupaten setempat, bahu membahu, bersatu menolak eksploitasi Pegunungan Meratus dengan tetap konsisten menjaganya agar tetap lestari.

Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang mensyaratkan seluruh pembangunan harus tetap menjaga kelestarian lingkungan, pemerintah berupaya melindungi sumber daya alam Pegunungan Meratus.

Pemerintah berupaya melindungi Meratus yang di dalamnya terkandung berbagai sumber daya alam pertambangan, untuk tetap kokoh, tidak tersentuh deru ekskavator sebagaimana daerah lainnya.

Sebagai salah satu dari beberapa kabupaten yang kaya akan sumber daya alam berupa tambang, kini Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan menjadi satu-satunya kabupaten yang bebas aktivitas pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit di Kalsel.

Tentu tidak mudah melawan godaan keinginan kemudahan mendapatkan sumber dana pembangunan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi, dari sektor pertambangan.

Namun, kesadaran untuk mewariskan lingkungan yang utuh kepada anak cucu adalah komitmen yang harus terus mendapatkan dukungan dari seluruh pihak terkait, bukan hanya masyarakat, pengusaha, pemerintah daerah, akan tetapi juga pemerintah pusat.

Perjuangan pemerintah daerah untuk melindungi Pegunungan Meratus dari keserakahan pihak-pihak tidak bertanggung jawab juga diwujudkan melalui kerja keras, membuka pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru nontambang.

Pegunungan Meratus. (greenpeace)


Tolak pertambangan

Sejak terpilih menjadi Wakil Bupati Hulu Sungai Tengah pada 2016 Ahmad Chairansyah yang kini menjabat sebagai bupati telah berkomitmen menolak adanya pertambangan batu bara dan perkebunan sawit.

Walaupun diketahui sumber daya alam pertambangannya melimpah dibandingkan dengan daerah lain di Kalsel, hingga saat ini daerah yang dikenal subur tersebut masih bangga dengan keasrian pegunungannya.

Pemerintah kini fokus dengan pembangunan yang berwawasan ramah lingkungan, dengan penguatan pada sektor pertanian, perikanan, dan perkebunan.

Mengemban misi "Terwujudnya Masyarakat Hulu Sungai Tengah yang Agamis, Mandiri, Sejahtera, dan Bermartabat" pemerintah daerah bekerja sama dengan Universitas Lambung Mangkurat melakukan pemetaan potensi wilayah pertanian yang sesuai dengan masing-masing kondisi desa.

Hasilnya, beberapa desa sudah mulai mengembangkan beberapa produk hasil pertanian dan perikanan, seperti di Desa Walatung yang disebut dengan kampung ikan Pepuyu (betok) dengan fokus pada pembibitan dan Desa Binjai Pirua dengan fokus pembudidayaan.

Sekarang, Desa Walatung telah menjual dan mampu memenuhi pasokan bibit ikan ke berbagai daerah di Kalsel, sedangkan Desa Binjai Pirua menjadi destinasi wisata memancing ikan dengan hasil yang melimpah ruah.

Selain itu, Desa Mahang Baru dengan fokus pengembangan ikan Gabus dan Desa Samhurang dengan ikan Tauman (sejenis ikan gabus).

Di bidang pertanian, seluruh gabungan kelompok tani (gapoktan) yang ada di kabupaten itu diberikan bantuan alsintan dan hasilnya target luas tanam pada 2018 untuk padi seluas 62.372 hektare, terealisasi produksi padi mencapai 243.268 ron, sehingga rata-rata produktivitasnya 54 kuintal per hektare atau 5,4 ton per hektare.

Berikutnya, perluasan lahan pertanian di lahan rawa atau lebak yang sudah digarap di Kecamatan Labuan Amas Utara seluas 625 hektare dan Kecamatan Pandawan seluas 500 hektare.

Hasil padi yang selalu surplus membuat Hulu Sungai Tengah menjadi lumbung padi yang dapat memenuhi kebutuhan beberapa kabupaten di Kalsel.

Guna menunjang potensi-potensi pertanian di kabupaten itu maka dibangun Pasar Agro Bisnis Modern Barabai yang menjadi lokasi transaksi hasil-hasil pertanian di Banua Enam serta menjadi pasar terbesar di Kalsel yang rapi, bersih, dan indah.

Hulu Sungai Tengah juga dikenal sebagai daerah dengan potensi wisata alam yang cukup indah dan selalu menjadi salah satu daerah kunjungan wisata Kalsel.

Daerah yang dikenal telah mampu melahirkan pemimpin-pemimpin andal, baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional tersebut, juga dikenal sebagai daerah perdagangan.

Kini perekonomian Hulu Sungai Tengah dikenal sebagai pusat perdagangan di Banua Enam yang cukup berkembang dengan baik dan mampu mengangkat perekonomian masyarakat, layaknya perekonomian masyarakat yang kini telah mengeksploitasi tambangnya.

Komitmen kuat dan kerja keras pemerintah daerah serta masyarakat Hulu Sungai Tengah telah mampu membuktikan kepada dunia, bahwa mereka menjaga kelestarian alam, kesejahteraan, dan perekonomian masyarakat agar tetap berjalan dengan baik. Mereka membuktikan bahwa kelestarian alam demi anak cucu.

Dengan memelihara kelestarian alam, niscaya kedamaian hidup manusia akan tetap terjaga, sedangkan kerusakan alam hanya akan menimbulkan bencana.

Guna mendukung komitmen kuat pemerintah kabupaten dan masyarakat Hulu Sungai Tengah dalam menjaga kelestarian alam, Lembaga Kantor Berita Nasional Antara, satu-satunya kantor berita negara yang tahun ini memperingati hari ulang tahun ke-81, akan memberikan penghargaan kepada pemerintah daerah dan masyarakat setempat sebagai Penjaga Meratus atau "Save Meratus".*


Baca juga: Festival adat Dayak Meratus tampilkan budaya asli

Baca juga: Tim ekspedisi Meratus temukan 32 tanaman langka


Pewarta: Ulul Maskuriah dan M Taufik Rakhman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018