Washington (ANTARA News) - Presiden AS Donald Trump berencana menarik sedikitnya 5.000 dari 14.000 anggota pasukan Amerika Serikat yang ditempatkan di Afghanistan, kata seorang pejabat AS, Kamis (20/12).
Rencana itu menunjukkan bahwa kesabaran Trump semakin tipis atas perang terlama serta intervensi militer yang dilancarkan AS di luar negeri.
Pada Rabu (19/12), Trump menolak pendapat para penasehat dan ia memutuskan untuk menarik seluruh pasukan AS dari Suriah. Keputusan itu menjadi salah satu faktor yang membuat Menteri Pertahanan AS Jim Mattis tiba-tiba menyatakan mundur pada Kamis karena perbedaan pemikiran dengan Trump menyangkut kebijakan isu-isu penting.
Seorang pejabat, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan bahwa keputusan sudah diambil dan perintah lisan telah dikeluarkan agar pihak terkait mulai merencanakan penarikan pasukan.
Pejabat tersebut mengatakan kerangka waktu masih dibicarakan namun penarikan pasukan kemungkinan akan dimulai dalam waktu beberapa minggu atau beberapa bulan mendatang.
Belum ada kejelasan soal bagaimana Amerika Serikat, dengan kekuatan hanya kurang dari 9.000 anggota pasukan di Afghanistan, akan dapat memenuhi misi-misi yang saat ini sedang dijalankan, termasuk melatih pasukan Afghanistan, memberikan nasihat di lapangan serta melancarkan serangan udara terhadap Taliban dan kelompok-kelompok militan lainnya.
Mattis sebelumnya berargumentasi bahwa AS perlu mempertahankan keberadaan militernya di Afghanistan agar dapat meningkatkan upaya diplomatik dalam mewujudkan perdamaian.
Mattis menyatakan mundur sebagai menteri pertahanan tak lama setelah beberapa pejabat AS mengungkapkan kemungkinan bahwa Trump akan memerintahkan penarikan pasukan.
Baca juga: Menteri Pertahanan AS nyatakan mundur setelah berselisih dengan Trump
Keputusan Trump soal penarikan pasukan dari Suriah telah membingungkan sekutu-sekutu AS serta memicu reaksi keras dari para temannya sesama anggota Partai Republik di Kongres.
Amerika Serikat mulai berperang di Afghanistan pada 2001 setelah peristiwa serangan teroris pada 11 September 2001 ke World Trade Center dan Pentagon. Perang dilancarkan AS dengan alasan untuk mengenyahkan kelompok militan Taliban yang melindungi Osama Bin Laden, yang diyakini AS sebagai sosok penggerak serangan-serangan teroris.
Pejabat-pejabat AS saat ini terlibat dalam pembicaraan dengan Taliban, yang menguasai cukup banyak wilayah di Afghanistan.
Baca juga: Pembicaraan AS-Taliban fokus pada gencatan senjata Afghanistan
Taliban telah memperkuat kendalinya dalam tiga tahun belakangan. Pemerintah di Kabul hanya menguasai 56 persen Afghanistan, turun dari 72 persen pada 2015, menurut laporan yang dibuat pemerintah AS.
Perang 17 tahun di Afghanistan telah merenggut nyawa lebih dari 2.400 tentara AS.
Pejabat-pejabat Pentagon telah berulang kali memperingatkan bahwa penarikan pasukan yang tergesa-gesa akan membuka jalan bagi kalangan milisi untuk mengembangkan rencana-rencana baru terhadap Amerika.
Editor: Tia Mutiasari/Chaidar Abdullah
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018