Manado (ANTARA News) - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak pemerintah agar menertibkan tarif angkutan udara sehingga tidak seenaknya menaikkan harga menjelang Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. "Penerapan sistem `subclasses` harga tiket oleh maskapai penerbangan tidak menguntungkan konsumen sebab cenderung menjadi sangat mahal di saat hari besar keagamaan seperti saat ini," kata Ketua YLKI Sulut, Aldy Lumingkewas Kamis, di Manado. Pemerintah harus campur tangan terhadap tarif tersebut sebab hal tersebut juga dilakukan terhadap angkutan lainnya. "Tarif kereta api, angkutan darat dan laut, ditetapkan pemerintah melalui surat keputusan, tetapi kenapa angkutan udara kok dibiarkan mengambang," kata Aldy. Tarif atas dan tarif bawah boleh ditentukan, tetapi hanya sebagai patokan saja, sedangkan yang menentukan harga seharusnya pemerintah. Tidak seperti sekarang, maskapai diberikan kebebasan menentukan harga, tak jarang calon penumpang terpaksa membeli harga tinggi, tetapi kemudian hanya dalam hitungan jam atau menit sekejap turun. "Ini sebenarnya sesuatu yang sangat riskin, dan kalau dibiarkan terus sama saja membiarkan konsumen selalu dalam posisi dirugikan, sebab daya tawar calon pembeli tiket tidak ada sama sekali," kata Aldy. Desakan YLKI tersebut mendapat dukungan calon penumpang di Kota Manado, mereka meminta pemerintah campur tangan terhadap tarif angkutan udara, sehingga saat jelang Idul Fitri seperti sekarang dan Natal tidak harus membeli hingga dua kali lipat dari harga normal. "Sistem sub classes seperti diterapkan maskapai, sudah dapat dipastikan di jelang Idul Fitri, Natal, Liburan sekolah, harga tiket pasti sangat mahal, ini tidak sehat sebab terkesan monopoli maskapai terhadap konsumen," kata Johny Lumi, salah seorang calon penumpang. Harga tiket di Kota Manado saat ini terus bergerak naik, kalau sebelumnya hanya sekitar Rp800 ribu hingga Rp900 ribu, maka sejak sepekan terakhir naik di atas Rp1 juta per penumpang, kondisi ini diperkirakan akan terus naik dari waktu ke waktu sampai Idul Fitri.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007