Bogor, Jawa Barat (ANTARA News) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengembangkan pesawat perintis N219 Amfibi sebagai penghubung antarpulau yang terpisah perairan guna meningkatkan konektivitas Nusantara.
"Pesawat N219 Amfibi bagi kami dan PT Dirgantara Indonesia diperlukan sebagai lanjutan kebangkitan kedua penerbangan Indonesia setelah N250," kata Kepala Pusat Teknologi Penerbangan Lapan Gunawan Setyo Prabowo dalam Sosialisasi Hasil Feasibility Study Pengembangan N219 Amfibi di Kantor Pusat Teknologi Penerbangan Lapan di Rumpin, Bogor, Kamis.
Pengembangan N219 Amfibi juga mencakup peningkatan kapasitas dan regenerasi sumber daya manusia dan peningkatan penggunaan komponen lokal.
"Program penelitian diarahkan bagaimana kita membentuk sinergi dan ekosistem," kata Gunawan.
Pesawat N219 Amfibi merupakan varian dari pesawat N219. Kalau N219 mendarat di daratan, N219 Amfibi bisa mendarat di daratan dan perairan sehingga dapat menjangkau lebih banyak wilayah terpencil.
Lapan mengembangkan N219 Amfibi bekerja sama dengan institusi seperti PT Dirgantara Indonesia dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
"Jadi ada N219 yang bermain di wilayah terpencil di daratan dan ada N219 Amfibi yang akan bermain poin ke poin di daerah pesisir dan pantai," jelas Gunawan.
Ia berharap keberadaan pesawat N219 dan N219 Amfibi bisa meningkatkan konektivitas antarpulau, menghubungkan pulau-pulau terpencil yang terpisah perairan.
Project Manager Pesawat N219 Amfibi Budi Sampurno mengatakan pesawat N219 Amfibi akan menggunakan dasar pesawat N219 yang kemudian dimodifikasi agar bisa mendarat di permukaan air.
Dia menuturkan kalau pesawat N219 dapat mengangkut 19 penumpang, pesawat N219 Amfibi akan dirancang bisa mengangkut 19 penumpang jika menggunakan float berbahan material komposit dan 17 penumpang jika memakai float terbuat dari bahan metal.
Baca juga:
Lapan: pesawat N219 mulai diproduksi 2019
Indonesia tawarkan komuter N219 Ke Federasi Mikronesia
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018