Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong di Jakarta, Kamis mengatakan keputusan the Fed menaikan suku bunga acuan menjadi faktor utama penekan mata uang rupiah.
"Faktor eksternal mengenai the Fed kembali mempengaruhi pergerakan mata uang sejumlah negara berkembang, termasuk rupiah," ujarnya.
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 2,25 hingga 2,50 persen dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu (19/12) waktu setempat.
Kendati demikian, menurut dia, fluktuasi rupiah relatif normal tidak terlalu bergejolak. Dengan demikian, respon pasar terhadap keputusan the Fed itu kemungkinan hanya sesaat.
"The Fed telah menaikan suku bunganya pada Desember ini, namun the Fed memberi sinyal kenaikan suku bunga pada 2019 akan lebih lambat karena melambatnya ekonomi AS," katanya.
Lukman Leong juga mengatakan keputusan Bank Indonesia yang memertahankan suku bunga acuan juga memberi harapan bagi ekonomi nasional ke depan dapat melanjutkan pertumbuhan.
Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" sebesar enam persen pada rapat dewan gubernur periode Desember 2018 untuk mempertahankan daya tarik instrumen keuangan domestik dan menurunkan defisit transaksi berjalan.
"Dampak positif keputusan BI bagi rupiah akan terasa dalam jangka panjang," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (20/12), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.499 dibanding sebelumnya (19/12) di posisi Rp14.380 per dolar AS. ***3***
Baca juga: Rupiah Kamis pagi melemah jadi Rp14.505
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018