Jakarta (ANTARA News) - Buku "Ulama Bertutur tentang Jokowi" diluncurkan di Jakarta, Kamis, dengan salah satu materi tulisan memaparkan Presiden Joko Widodo yang tidak anti-Islam.

"Merujuk sejumlah program, tidak benar Jokowi anti-Islam," kata penulis buku soal Jokowi tersebut, Mukti Ali Qusyairi, dalam pemaparannya.

Dalam proses penulisan buku itu, Mukti mengatakan dirinya mengumpulkan wawancara dari sejumlah ulama dan tokoh penting.

Dari tahapan itu, dia mengatakan di era pemerintahan Jokowi justru sejumlah program tidak menunjukkan anti-Islam.

Salah satu contohnya, kata dia, pemerintahan Jokowi mendeklarasikan peringatan Hari Santri Nasional (HSN).

HSN, kata dia, merupakan pengakuan negara terhadap jasa ulama dan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Selain itu, dia mengatakan mantan Wali Kota Surakarta itu mendirikan sejumlah rumah susun sederhana untuk kalangan pesantren.

Kemudian, kata dia, Jokowi merintis adanya bank wakaf mikro untuk membangun ekonomi masyarakat lewat pesantren.

"Pesantren menjadi mediator pemerintah dengan ekonomi masyarakat kalangan menengah ke bawah dengan memberikan utang tanpa bunga," kata dia.

Salah satu penanggap buku Hajriyanto Y Thohari yang merupakan wakil dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus fungsionaris Partai Golkar menanggapi baik kehadiran buku tersebut.

Hanya saja, dia menyarankan agar buku tersebut tidak dicetak terlalu tebal.

"Buku yang laku banyak dicetak tidak lebih dari 100 halaman. Setidaknya 75 halaman saja itu laku keras. Agar ada edisi buku yang dipersingkat. Itu biasa. Buku tipis laku seperti kacang goreng," kata dia.

Kendati begitu, dia mengatakan buku itu tergolong akademis dan bisa dipertanggungjawabkan terutama terkait keber-Islaman Jokowi.

Dalam kesempatan tersebut, Hajriyanto mengimbau siapapun untuk menghentikan kampanye primordial menyangkut isu agama.

Isu agama, kata dia, dapat memicu konflik yang lebih besar seperti bahan bakar.

"Isu agama sangat Premium, sangat Pertamax. Agama ini persoalan pribadi. Membicarakannya saja tidak enak apalagi dibawa-bawa ke politik," kata dia.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018