"Jadi jangan terlalu kaget, jika defisit transaksi berjalan di akhir kuartal IV 2018 di atas tiga persen PDB," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers Rapat Dewan Gubernur periode November 2018 di Jakarta, Kamis.
CAD merupakan parameter fundamental ekonomi domestik yang merekam arus perdagangan barang dan jasa dari Indonesia ke mancanegara. Oleh karena itu, CAD juga mencerimkan arus devisa yang masuk dan keluar Indonesia sehingga akan mempengaruhi transaksi nilai tukar rupiah.
Meskipun CAD defisit, Perry melihat impor, yang menjadi musabab defisit CAD, masih didominasi barang modal dan bahan baku yang akan melahirkan kegiatan ekonomi produktif jangka panjang. Perry menyebut kondisi CAD saat ini masih "aman".
"Apalagi kompoisisi impornya adalah produktif. Sebagian impornya adalah untuk barang modal dan bahan baku. Oleh karena itu dalam jangka pendek ini, kita berupaya menurunkan CAD ke arah 2,5 persen dari PDB untuk 2019," kata Perry.
Dengan perkiraan CAD di kuartal terakhir ini, BI memandang CAD secara keseluruhan tahun akan berada di sekitar tiga persen PDB. Level CAD itu naik dibanding 2017 yang sebesar 1,7 persen PDB.
Meskipun CAD defisit cukup besar, Perry meyakini secara keseluruhan neraca pembayaran 2018 akan surplus karena derasnya aliran modal asing masuk. Untuk November 2018 saja, modal asing ke domestik sebesar 7,9 miliar dolar AS. Investasi itu yang mengkompensasi defisit transaksi berjalan sehingga neraca pembayaran diperkirakan tetap surplus.
Baca juga: Perbaikan neraca transaksi berjalan perlu kebijakan berkesinambungan
Baca juga: Menjaga rupiah melalui strategi Nabi Yusuf
Baca juga: Darmin: pembenahan neraca transaksi berjalan butuh tahunan
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018