London (ANTARA News) - Jose Mourinho hanya akan meninggalkan Chelsea dengan satu alasan dan hal itu ia buktikan pada Kamis pagi saat pelatih asal Portugal itu pergi dengan meninggalkan segudang kontroversi. Kepribadian Mourinho yang tidak tahu malu membuatnya langsung dikenal sebagai pribadi yang paling sering menjadi buah bibir di Liga Inggris setelah tiba tiga tahun lalu. Dalam konferensi pers yang digelar untuk mengumumkan kontraknya dengan Chelsea, Mourinho berkeras bahwa prestasi gemilangnya di Porto seharusnya membuat ia dipandang sebagai "seseorang yang istimewa". Ucapan tersebut seolah menjadi awal dari salah satu rejim di bidang manajerial dalam sejarah sepak bola Inggris. Dalam kurun waktu tiga musim, Mourinho mengakhiri penantian Chelsea selama 50 tahun untuk merebut gelar liga, memenanginya lagi 12 bulan kemudian, dan menambah dua Piala Liga dan Piala FA yang menghiasi ruang tropi di Stamford Bridge. Tetapi, ia memang memiliki kebiasaan menyulut kontroversi kapan pun ia membuka mulut. Hal itulah yang membuat Mourinho muncul sebagai sosok yang mempesona sekaligus membuatnya harus membayar mahal dengan merelakan pekerjaannya setelah sekian lama berselisih dengan pemilik Chelsea, Roman Abramovich, yang miliader warganegara Rusia. Kondisi tersebut akhirnya bermuara pada sebuah keputusan Mourinho yang sudah tidak bisa digugat, yaitu meninggalkan seluruh pencapaiannya di klub tersebut. Meski ayah Mourinho, Felix, menjadi kiper Portugal, Jose Mourinho tidak memiliki bakat yang cukup untuk menjadi seorang profesional yang sukses, dan hal itu pun mempengaruhinya saat menjadi pelatih. Ia bekerja sebagai asisten di beberapa klub kecil Portugal sebelum mendapat pekerjaan sebagai penterjemah bagi manajer Porto dan Sporting Lisbon, Bobby Robson. Ia mengikuti Robson saat pindah ke Barcelona dan mendapat jalan saat Louis van Gaal mengambil alih, dan mengijinkan Mourinho untuk bertanggung jawab saat sesi latihan. Hanya semangat yang ia butuhkan saat itu. Ia pun kemudian menangani Benfica, tetapi tugas Mourinho sebagai pelatih secara penuh pun tidak bertahan lama, karena berselisih dengan pemilik klub. Kepergian tersebut menjadi luka yang sulit disembuhkan, dan ia pun bertekad untuk bisa bekerja di klub yang besar. Setelah membawa klub yang tidak terkenal Uniao de Leiria ke posisi ketiga Liga Portugal, ia pun mendapat tugas untuk menangani Porto pada Januari 2002. Rupanya, itulah langkah awal yang benar-benar mengubah hidupnya. Mourinho adalah seseorang yang sangat mempercayai pendekatan ilmiah dalam manajemen dan jadwal latihan ketat yang diterapkannya didesain untuk membuat seluruh pemainnya dapat selalu tampil maksimal. Dalam kurun waktu satu tahun, ia pun mengubah Porto tampil sebagai juara Liga Champions. Tidak hanya itu, ia pun memenangi Piala UEFA dan Piala Portugal. Tetapi, satu tahun kemudian, Mourinho benar-benar mengambil langkah besar dan mulai masuk ke tahapan yang lebih luas. Ambisi besarnya pun berawal di Old Trafford setelah gol Costinha menjelang akhir pertandingan membawa Porto melaju ke perempatfinal Liga Champions di Manchester United adalah gambaran yang tidak akan terlupakan. Porto pun akhirnya memenangi Liga Champions setelah mengalahkan Monaco 3-0. Tetapi, Mourinho mencuri perhatian dengan melepas medalinya, dan meninggalkan lapangan tanpa bergabung untuk merayakan kemenangan bersama timnya. Itulah saat-saat terakhir Porto melihat sang pelatih bernama Jose Mourinho, dan dalam kurun waktu beberapa pekan ia sudah bergabung dengan Chelsea. Dengan cara yang sama, seperti yang ia terapkan di Porto, Mourinho pun segera mengubah Chelsea yang dikenal sebagai tim lemah menjadi klub pemenang. Mereka menjadi juara Liga Inggris dan Piala Liga pada 2005, dan kembali memenangi gelar liga satu tahun kemudian. Tetapi, tanda-tanda kepergiannya mulai terlihat pada penutup musim 2006. Mourinho ingin mengontrak gelandang brilian AC Milan, Kaka, tetapi Abramovich bersikeras untuk membawa Andriy Shevchenko, seorang teman dari jutawan Rusia itu. Abramovich yakin bahwa ia telah memberi cukup uang kepada Mourinho untuk bisa menciptakan sepak bola impian yang telah membuatnya jatuh cinta pada olahraga itu. Jadi, saat Shevchenko tidak mampu berbuat apa-apa, Abramovich mendesak mengontrak Avram Grant untuk membantu Mourinho, agar bisa mengembalikan penampilan terbaik sang striker. Namun, Mourinho menolak, dan Abramovich pun menarik dana transfer pada Januari. Akhir cerita pun sepertinya sudah bisa ditebak. Mourinho tampaknya tidak terlalu cemas jika harus meninggalkan Chelsea. Kepercayaan diri dan rekor sebagai pemenang sejati akan membuatnya tidak kekurangan tawaran. Di manapun nanti ia muncul, sudah bisa dipastikan akan terjadi gonjang-ganjing berikutnya, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007