Jakarta (ANTARA News) - Usia boleh bertambah, tapi pesona tak boleh pudar, karena itu keindahan pada Masjid Raya Al Makmun, Medan, Sumut, terpelihara sehingga banyak orang sejak 100 tahun silam hingga kini tetap mengagumi rumah ibadah bagi umat Islam tersebut. Bagai seorang puteri yang baru bangun tidur, pada Ahad malam (16/9), masjid yang sudah banyak dikenali karena keindahan arsitekturnya di kota Medan itu, tiba-tiba kembali menjadi pusat perhatian orang banyak. Tentu saja hal itu bukan secara kebetulan. Pasalnya, masih di seputar kompleks masjid Al Makmun itu digelar perhelatan akbar pada bulan suci Ramadhan ini. Perhelatan yang dimaksud adalah Ramadhan Fair IV, yang empat tahun silam digagas Walikota Medan, Abdillah. Untuk evant akbar ini, dua petinggi dari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB): Menteri Agama M. Maftuh Basyuni dan Menteri BUMN Sofyan Jalil, ikut hadir. Maftuh meresmikan Ramadhan Fair dan sekaligus memberi wejangan agar umat Muslim menjaga dan memanfaatkan momentum Ramadhan sebagai peningkatan ketakwaan kepada Allah dan saling menyayangi kepada sesama, khususnya bagi warga Indonesia lainnya yang kini terkena musibah bencana alam. Terkait dengan Ramadhan Fair, Maftuh mengatakan bahwa perhelatan tahunan tersebut akan membawa dampak positif bagi kehidupan sosial dan ekonomi. Demikian juga bagi syiar Islam, yang akan memberikan kelembutan di hati umat Muslim. Dengan adanya Ramadhan Fair, Medan semakin menunjukkan eksistensinya bukan hanya seperti dikenal selama ini sebagai tempat pelancong dan bisnis, namun juga sebagai wisata religius. Pasalnya, selama Ramadhan Fair yang berlangsung aktivitas malam hari jauh lebih menonjol daripada hari-hari sebelumnya. Di pesta Ramadhan Fair banyak orang -- dari beragam etnis di tanah air -- dapat menikmati beragam makanan khas Medan. Sebut saja, buka ambon, lapis legit dan sejumlah kue basah dan panganan lainnya. "Pokoknya, nikmat. Banyak orang begadang. Tapi, ada juga orang melakukan itikaf di masjid Raya Makmun, Medan," kata staf Humas Kanwil Depag Sumut, Salahuddin. Menurut Walikota Medan, Abdillah, di Ramadhan Fair IV bukan hanya sebagai wisata kuliner, tetapi juga banyak dijual pernik kebutuhan umat Islam, seperti pakaian Muslim dan Muslimah dan peralatan shalat. Belum lagi kegiatan ritual lainnya di masjid yang menjadi kebanggaan warga Sumatra Utara itu. Bicara keindahan masjid ini, orang Medan pasti tak akan melupakan sejarah kebesaran kesultanan Deli dan keindahan Istana Maimoon. Masjid Al Maksun hanya 200 meter jaraknya dari Istana Maimoon. Ketika Subuh, penulis menyaksikan beberapa bagian anterior terlihat cantik. Menurut Walikota Medan, masjid yang dibangun pada 1906 oleh Sultan Makmun Al Rasyid tersebut menggunakan material dari Italia untuk interiornya. Seperti bangunan masjid pada umumnya, Al Makmun punya kubah besar dengan simbol bulan sabit di puncaknya. Dan, juga menara yang menggambarkan simbol perdamaian, Islam disiarkan tanpa kekerasan. Sultan Deli, Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah juga sebelum membangun istana -- yang lebih populer Istana Maimoon -- pada 1888 di atas lahan seluas 2.772 m2. Istana ini punya dua lantai dengan dominasi warna kuning sebagai khas kebesaran etnis Melayu. Nuansa campuran antara tradisi Islam dan Eropa sangat kental. Material bangunan pun, seperti juga masjid raya, banyak diambil dari Eropa. Menurut catatan sejarah, untuk membangun istana tersebut Sultan menghabiskan dana satu juta gulden, dan dibantu seorang perancang tentara Belanda Kapten TH van Erp dari Zeni Angkatan Darat Belanda. Datang ke Medan lengkapi dengan menyaksikan keindahan Istana Maimoon dan Masjid Al Maksun. "Itu berarti pula, kita menghargai jasa para pendahulu," kata Kakanwil Depag Sumut, Arifin Nurdin.(*)
Oleh Oleh Edy Supriatna Sjafei
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007