Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pengelola restoran atau rumah makan di Ibukota mengaku pendapatannya selama bulan Ramadhan (puasa) naik hingga 60 persen yang terutama karena naiknya pesanan pada waktu sahur dan berbuka.
"Dibandingkan dengan sebelum bulan puasa, pada Ramadhan ini jumlah pendapatan saya meningkat hingga sekitar 60 persen," kata Pujo Waluyo (40), pemilik Rumah Makan Duta Minang di sekitar daerah Rempoa Jakarta Selatan, Kamis.
Lelaki asal Kebumen, Jawa Tengah itu mengungkapkan, omzetnya sebelum bulan puasa antara Rp2 juta hingga Rp2,5 juta per hari. Sedangkan pada Ramadhan ini ia bisa mendapatkan lebih dari Rp3 juta per hari.
Meningkatnya pendapatan, lanjut Pujo yang mengaku belajar masakan padang selama 15 tahun itu, antara lain kerena melonjaknya jumlah pesanan dari sejumlah tempat seperti sejumlah masjid dan yayasan yatim piatu untuk hidangan berbuka dan sahur.
"Biasanya, saya dalam sehari bisa mendapatkan pesanan untuk mengantarkan sekitar 150 boks makanan ke berbagai tempat sampai sejauh daerah Bintaro," katanya dan menambahkan, harga satu kotak makanan lengkap dengan lauk-pauknya berkisar antara Rp7.500 hingga Rp16.000.
Senada dengan Pujo, pemilik Restoran Ikan Bakar Serba Nikmat, Iwan Mahdi (39) mengemukakan bahwa jumlah pendapatannya meningkat antara 20 - 30 persen selama bulan Ramadhan.
"Bahkan, pada bulan puasa tahun 2006 lalu, saya menghitung omzet saya meningkat hingga sekitar Rp50 persen," kata lelaki yang berdagang di sekitar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat itu.
Menurut Iwan, peningkatan tersebut juga karena pada bulan puasa ini banyak langganan yang membeli dalam jumlah yang besar untuk acara berbuka bersama yang diselenggarakan di dalam restoran atau tempat lain.
Padahal, ujar warga asal Batusangkar Sumatera Barat itu, pada bulan puasa ini waktu buka restorannya jauh berkurang dibandingkan sebelumnya. Bila pada hari biasa waktu buka restorannya adalah jam 08.00-21.00, sedangkan pada bulan Ramadhan ini ia hanya berjualan sekitar 5 jam, tepatnya jam 16.00-21.00.
Namun, terdapat pula rumah makan yang tidak mendapatkan lonjakan penghasilan, seperti Warung Jawa Timur Amoris yang terletak di daerah perkantoran di sekitar Universitas Muhammadiyah Jakarta.
"Biasanya waktu ramainya di daerah perkantoran pada makan siang, tetapi sekarang karena puasa malah berkurang dan lebih banyak penghasilan pada malam hari. Sedangkan mahasiswa biasanya lebih suka makan di tempat lain yang harganya lebih murah," Inge Yuana (33), pegawai di restoran tersebut.
Inge mengaku, hingga memasuki pekan kedua di bulan Ramadhan 1428 H ini penghasilannya stabil, yaitu lebih dari Rp1juta per hari.
Sementara itu, sejumlah rumah makan di dekat Universitas Moestopo Beragama Kebayoran Baru Jakarta Selatan juga membuka usaha pada bulan puasa ini dari jam 16.30 hingga waktu subuh antara lain karena adanya lonjakan jumlah pengunjung pada waktu sahur dan berbuka.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007