Jambi (ANTARA News) - Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi mengkhawatirkan dampak penyusutan tutupan hutan Jambi, yang antara lain terjadi karena alih fungsi hutan.

"Hutan sebagai tonggak penting dalam keseimbangan ekosistem sudah berada dalam kondisi yang memprihatinkan," kata Direktur KKI Warsi Rudisyaf di Jambi, Selasa.

Hasil analisis citra satelit yang dilakukan Warsi menunjukkan tutupan hutan di Jambi tinggal 920 ribu hektare atau 18 persen dari total luas wilayah Provinsi Jambi.

"Kondisi ini tentu jauh dari bawah syarat minimum keseimbangan ekosistem yaitu 30 persen. Ketidakseimbangan ekosistem disebabkan oleh alih fungsi hutan untuk berbagai peruntukan," katanya.

Dia mengatakan wilayah Jambi sekarang sudah didominasi oleh perkebunan kelapa sawit, yang menguasai lahan dengan luas 1,8 juta hektare, serta Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 776.652 hektare dan area dengan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) seluas 67.140 hektare.

Penggunaan area hutan secara masif untuk tanaman monokultur seperti dalam HTI dan perkebunan kelapa sawit, menurut Rudi, akan mengganggu keseimbangan ekosistem yang membawa dampak buruk bagi keberlangsungan hidup dan kelestarian makhluk hidup di dalamnya, termasuk kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Baca juga: Pengelola hutan adat Jambi terima SK Presiden
Baca juga: 168 hektare lahan di Jambi terbakar

Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018