Surabaya (ANTARA News) - Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Solahuddin Wahid atau Gus Solah, menilai program siaran televisi selama Ramadhan 1428 H masih menjadi bagian dari "bisnis" Ramadhan. "Ada beberapa program siaran yang bagus, tapi umumnya masih melihat Ramadhan sebagai peluang bisnis," katanya kepada ANTARA di Surabaya, Kamis. Menurut pengganti almarhum KH Yusuf Hasyim (Pak Ud) di Pesantren Tebuireng itu, tayangan televisi selama Ramadhan masih belum membuat tayangan yang meningkatkan "nilai" Ramadhan. "Beberapa tayangan yang bagus dan meningkatkan nilai puasa umat Islam antara lain program siaran yang diasuh KH Quraish Shihab atau Qomaruddin Hidayat," katanya. Ditanya tentang tayangan kuis Ramadhan dan sinetron Ramadhan, mantan Ketua PBNU itu menyatakan dirinya tidak suka dan menilai hal itu justru "membisniskan" Ramadhan untuk meraup iklan sebanyak mungkin. "Jadi, kalau televisi melakukan perubahan tayangan saat Ramadhan sebenarnya tetap mengacu kepada bisnis dan bukan mengajari umat Islam untuk lebih beriman," katanya menegaskan. Bahkan, kata adik kandung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, tayangan Ramadhan seringkali mengurangi "nilai" Ramadhan, karena menghilangkan waktu untuk menyempatkan umat Islam melakukan "tadarrus" Al-Qur`an dan tarawih. "Ke depan, saya berharap pemilik stasiun televisi mau memikirkan tayangan Ramadhan yang sebenarnya, seperti kajian agama dari para ulama, lagu-lagu Islami dari Bimbo, Opiek, Hadad Alwi, dan banyak lagi," katanya memaparkan. Mantan anggota Komnas HAM itu mengemukakan kajian agama yang dikemas cukup apik dan lantunan lagu-lagu Islami yang legendaris tidak akan membuat pemasang iklan menjadi enggan. "Saya kira kalau semata-mata untuk meraup iklan, tentu akan mengaburkan kemungkinan tayangan yang religius menjadi incaran pemasang iklan setelah dikemas dan direkayasa secara apik," katanya. Senada dengan itu, Ketua Divisi Kelembagaan dan Sosialisasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur, Surochiem, menyatakan siap memantau, menegur, dan menghentikan program siaran sinetron dan komedi yang menodai bulan suci Ramadhan. "Karena itu, kami akan memantau secara khusus kepada program sinetron dan komedi yang seringkali memuat sajian yang bertentangan dengan semangat ibadah puasa, termasuk tayangan mistik, klenik, ghaib, gibbah, judi, cabul, seronok, hedonisme, dan konsumerisme," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007