Istanbul, Turki (ANTARA News) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Ahad (16/12) kembali menyampaikan pendirian tegasnya terhadap terorisme, dan berikrar akan mengusir pelaku teror dari tanah airnya.

Ketika berbicara dalam upacara peresmian Taman Nasional 15 Juli di Kabupaten Esenler, Istanbul, Erdogan berkata, "Kami selalu berada di dalam ingatan teroris. Kami akan mengubur mereka (teroris) di parit yang mereka gali dan akan terus melakukan itu."

Turki melakukan operasi antiteror di dalam negeri tersebut dan Irak Utara untuk "menetralkan" petempur PKK.

Operasi antiteror tersebut, yang ditujukan kepada Organisasi Teror Fetullah (FETO) --kelompok yang dikatakan berada di belakang upaya kudeta 15 Juli 2016, juga berlangsung terus di seluruh negeri itu. Percobaan kudeta tersebut menewaskan 251 orang dan melukai hampir 2.200 lainnya.

Ankara menuduh FETO berada di belakang gerakan yang berlangsung lama untuk menggulingkan negara melalui penyusupan ke dalam lembaga Pemerintah Turki, terutama militer, polisi dan kehakiman.

Selama pidatonya, Erdogan juga memperingatkan pemimpin kubu oposisi Partai Rakyat Republik Kemal Kilicdaroglu agar tidak mengundang orang untuk menyelenggarakan demonstrasi serupa dengan protes Taman Gezi 2013.

"Saudara Kemal, anda tak bisa membuat setiap orang ikut dalam protes. Biar saya beri tahu anda sesuatu: Ini bukan Paris dan juga bukan Belanda," kata Erdogan, sebagaimana dikutip Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin.

Pada musim panas 2013, satu demonstrasi yang relatif kecil di Taman Gezi, Istanbul, berkembang menjadi gelombang protes di seluruh Turki untuk menentang pemerintah, yang menewaskan delapan pemrotes dan seorang polisi.

Sejak 17 November, ribuan pemrotes dengan mengenakan rompi berwarna kuning --yang dijuluki Rompi Kuning-- telah berkumpul di berbagai kota besar Prancis, termasuk ibu kotanya, Paris, untuk memprotes pajak kontroversial bahan bakar Presiden Emmanuel Macron dan memburuknya situasi ekonomi.

Selama demonstrasi, empat orang tewas dan lebih dari seribu orang lagi cedera.

Selain itu, di Belanda, pemrotes Rompi Kuning juga turun ke jalan pada Sabtu untuk menggelar protes di 16 kota besar, termasuk ibu kotanya, Amsterdam, serta Den Haag dan Rotterdam, berdasarkan seruan yang dikeluarkan di media sosial oleh kelompok sayap-kanan.

Mereka memprotes kebijakan pemerintah mengenai usia pensiun, layanan pendidikan dan kesehatan yang mahal serta masalah migrasi.

Baca juga: Turki katakan Trump bekerja untuk ekstradisi Gulen, ulama yang diburu


Editor: Chaidar Abdullah

Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018