Beragam pangan lokal itu, mulai dari serealia (jagung, padi, sorgum, jali, jewawut), umbi-umbian (keladi, talas, singkong, ganyong, ubi jalar dan berbagai umbi hutan) serta beragam kacang-kacangan
Kupang, (ANTARA News) - Organisasi nirlaba yang bergerak di bidang ketahanan pangan, Perkumpulan Pikul mendorong agar pangan lokal menjadi sajian utama yang dikonsumsi setiap rumah tangga di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kekayaan pangan lokal di NTT mestinya menjadi sajian utama di setiap keluarga agar anak-anak di daerah ini bisa memperoleh gizi yang cukup dan seimbang," kata Koordinator Program Petani Perempuan Muda dari Perkumpulan Pikul, Zadrak Mengge, di Kupang, Senin.
Ia mengatakan, Perkumpulan Pikul sejak 2013 telah melakukan kajian terhadap berbagai pangan lokal bergizi di NTT yang sangat kaya.
Beragam pangan lokal itu, mulai dari serealia (jagung, padi, sorgum, jali, jewawut), umbi-umbian (keladi, talas, singkong, ganyong, ubi jalar dan berbagai umbi hutan) serta beragam kacang-kacangan.
Aneka pangan jenis-jenis lokal itu, katanya, masih ditemukan di kebun -kebun, pekarangan, bekas kebun masyarakat maupun tumbuh liar di hutan dan dirawat alam.
"Bahkan pada kondisi tertentu masih bisa dikonsumsi dalam jumlah yang cukup," katanya.
Ia mengatakan, semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi, maka semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Hal ini penting mengingat asupan gizi masih menjadi masalah serius yang kerap melanda anak-anak di NTT seperti halnya gizi buruk maupun kekerdilan.
Dijelaskannya, hasil Riset Kesehatan Dasar (RKD) Kementerian Kesehatan pada 2018, menunjukkan prevalensi kekerdilan di NTT sebesar 42,6 persen atau tertinggi se-Indonesia.
"Kondisi ini akibat kekurangan asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama karena pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi," katanya.
Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah setempat mampu menggaungkan gerakan konsumsi pangan lokal yang dimulai dari keluarga, terutama bagi kehidupan anak-anak pada 1.000 hari pertama.
"Masyarakat juga perlu didukung dengan teknologi pengolahan pangan sehingga menghemat waktu dan tenaga, terutama perempuan di pedesaan untuk meragamkan konsumsi pangan bagi keluarganya," katanya.
Zadrak menambahkan, program-program pemberian makanan tambahan, dan juga inisiasi program makan di sekolah, penitipan anak, dan juga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang berbasis pangan lokal dapat menjadi strategi dalam pemenuhan gizi.
Baca juga: Masyarakat NTT Diminta Kurangi Ketergantungan Pangan Beras
Baca juga: Menkes: penuhi gizi anak dengan pangan lokal sekaligus berdayakan petani
Baca juga: Khawatir kena diabetes? ayo mulai konsumsi kacang-kacangan
Baca juga: Laporan dari San Fransisco - PBB nyatakan pangan masyarakat adat bernutrisi
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018