Palu (ANTARA News) - Pemerintah beberapa waktu lalu telah menetapkan standar harga eceran tertinggi (HET) sejumlah kebutuhan pokok di tingkat pengecer.

Satu di antaranya adalah komoditas beras. HET beras untuk jenis medium di tingkat pengecer ditetapkan pemerintah sebesar Rp9.450/kg dan beras kualitas terbaik atau biasanya disebut premium Rp12.800/kg.

Penetapan HET juga diikuti dengan membentuk tim khusus yang akan melakukan pengawasan dan penindakan bagi oknum pelaku usaha yang terbukti menimbun stok maupun menaikan harga sepihak.

Tim khusus dimaksud adalah satgas pangan dari tingkat pusat sampai daerah provinsi, kabupaten dan kota. Satgas pangan di Provinsi Sulteng dinakodai langsung oleh Polda. Sementara di kabupaten/kota adalah Polres.

Pembentukan satgas pangan oleh pemerintah semata-mata untuk mengamankan HET, termasuk komoditi pangan lainnya seperti gula pasir, daging beku dan minyak goreng. Ketiga jenis pangan tersebut juga sama diawasi oleh satgas pangan di setiap daerah di Tanah Air, termasuk di Provinsi Sulteng.

Kehadiran satgas pangan selama ini sangat membantu pemerintah daerah, termasuk tim pengendalian inflansi daerah (TIPD) dalam mengawasi pergerakan harga berbagai barang/bahan kebutuhan masyarakat di pasaran.

Harga pangan, khususnya beras di tingkat pengecer baik di Ibu Kota Provinsi Sulteng maupun di setiap kabupaten di daerah ini sejak ditetapkannya HET sampai hamipir tiga bulan pasca bencana alam gempa,tsunami dan likuifaksi di Palu, Sigi da Donggala (Pasigala) cukup stabil dan terkendali.

Terkendalinya harga beras di pasar-pasar tradisional tentu tidak terlepas dari peran aktif pemerintah melalui satgas pangan dan TPID yang secara rutin turun lapangan melakukan pengawasan dan pembeinaan kepada para pelaku usaha.

Dengan rutinnya satgas pangan dan tim TPID turun ke pasar-pasar tradisional,membuat para pedagang enggan menaikan harga sepihak karena takut jangan sampai terdektesi petugas.

Pedagang pun tidak berani mengambil resiko, sebab satgas pangan bersama TPID sering sidak (inpeksi mendadak) ke setiap pasar dan juga gudang distributor dan pedagang.

Apalagi, pasca bencana alam gempa 7,4 SR yang mengguncang Palu, Sigi dan Donggala, dan dalam rangka menghadapi Natal dan Tahun Baru,satgas pangan terus meningkatkan pengawasan distribusi dan harga barang/bahan kebutuhan pokok dan kebutuhan strategis lainnya.

Peran Bulog

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulteng, Arief Latjuba mengatakan kerja sama antara semua pihak terkait, termasuk Bulog sebagai salah satu BUMN yang juga masuk dalam tim TPID cukup berperan besar dalam menjaga stabilitas harga maupun persediaan stok beras dan komoditi pangan lainnya di pasaran.

Perum Bulog Sulteng, kata dia, sangat membantu pemerintah daerah dalam upaya mengamankan stok dan harga di tingkat pengecer.

Bulog baik di tingkat provinsi maupun kabupaten di Sulteng selama ini dan masih terus berlangsung gencar melakukan operasi pasar (OP) sehingga harga beras di pengecer cukup stabil.

Bulog saban hari menggelar OP di berbagai titik baik di pasar-pasar tradisional maupun di lokasi permukiman penduduk dengan mengerahkan sejumlah unit mobil operasional.

Bukan hanya beras, tetapi beberapa komoditi pangan seperti gula, minyak goreng, bawang merah,bawang putih dan juga telur dan daging beku ikut dijual Bulog dengan harga relatif lebih murah dibandingkan harga yang berlaku di pasaran. Misalkan untuk beras medium, Bulog menjual dengan harga Rp8.500/kg jauh dibawah HET untuk beras jenis yang sama Rp9.450/kg.

Begitu pula daging beku hanya Rp80.000/kg.Harga daging di pasaran dijual pedagang Rp110.000/kg. Selisihnya cukup mencolok sehingga sangat membantu meringankan beban masyarakat, terutama menengah kebawah.

Bulog juga, kata Arief selalu mendukung kegiatan yang dilakukan Pemprov Sulteng maupun Pemkot Palu dan Pemkab di setiap kabupaten dengan ikut serta dalam pelaksanaan pasar murah.

Pasar murah dan OP yang dilakukan pemerintah daerah bersama Bulog dan BUMN serta distributor dan pelaku usaha sangat berpengaruh besar terhadap inflansi.

Kegiatan-kegiatan tersebut selain membantu masyarakat, juga sekaligus sebagai solusi menekan tingkat inflansi. "Dan itu sudah terbukti," ujarnya.

Sementara Kepala Perum Bulog Sulteng, Khozin membenarkan operasi pasar masih terus berlanjut dilakukan BUMN itu.

Bulog tetap melanjutkan operasi pasar guna mengamankan stok dan harga beras di tingkat pengecer.

Bulog Sulteng saat ini selain memiliki stok beras di gudang dalam jumlah memadai, juga beberapa komoditi lain seperti minyak goreng, gula pasir dan daging beku.

Menghadapi Natal dan Tahun Baru, Bulog jamin stok cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap beberapa komoditi strategis.


Siap Bantu Pemerintah

Sejumlah pedagang beras di tiga pasar induk tradisional di Kota Palu yakni Masomba, Bambaru dan Manonda mengatakan siap membantu mengaman stok dan harga beras menghadapi hari raya Natal dan juga Tahun Baru.

Rais, seorang pedagang beras di Pasar Manonda Palu mengatakan telah menyiapkan stok dalam jumlah besar untuk kebutuhan hari raya Natal dan Tahun Baru.

Beras yang ada di gudang, kata dia, semuanya merupakan hasil pembelian kepada petani di sejumlah sentra produksi beras di Sulteng. Di Palu selain beras produksi petani lokal, juga ada beras luar yang didatangkan para pedagang dari Sulsel dan Sulbar.

"Jadi untuk beras tidak ada masalah, sebab stok cukup banyak dan setiap hari dipastikan ada masuk beras dari dua daerah tetangga itu," kata Rais yang juga pengusaha penggilingan padi di Kabupaten Sigi.

Hal senada juga disampaikan Suleman. Pedagang beras di kawasan pasar tradisional Masomba Palu itu mengklaim memiliki stok beras dan jumlah memadai.

Beras yang dijualnya bukan hanya beras lokal,tetapi juga dipasok dari Sulsel. "Saya membeli dari Sulsel dan menjual lagi di Palu, sebab permintaan cukup tinggi," kata dia.

Apalagi, tiga bulan pasca bencana alam yang melanda Palu, Sigi dan Donggala, permintaan masyarakat akan beras meningkat drastis.

Terutama, kata dia,dari para relawan peduli bencana banyak yang membeli untuk disalurkan kepada korban gempa,tsunami, likuifkasi dan banjir bandang di Kabupaten Sigi.

Kabupaten Sigi tidak hanya diterjang gempabumi dan likuifkasi, tetapi juga banjir bandang seperti terjadi di Desa Bangga dan Salua.

Baik Rais maupun Suleman mengatakan harga beras di tingkat pengecer selama ini terbilang cukup stabil, karena stok selalu tersedia dalam jumlah memadai.

Lagi pula sudah ada HET beras yang ditetapkan pemerintah sehingga pedagang engan menaikan harga melebihi HET.


Baca juga: Dana desa, napas baru perekonomian warga
Baca juga: Mendag: Harga beras sudah sesuai HET

Pewarta: Anas Masa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018