Jadi, bagi kami, lebih baik (Partai Demokrat) menempuh jalur hukum. Yang namanya pemimpin tidak perlu sedikit-sedikit menangis ya."Asahan, Sumut (ANTARA News) - Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto nenyebut tuduhan kadernya melakukan pengrusakan baliho dan bendera Partai Demokrat di Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru, merupakan upaya adu domba.
"Ada pihak yang mencoba karena elektabilitas PDIP terus naik diganggu berbagai cara tetap naik lalu kemudian mereka menyusup mengadu domba," ujar Hasto kepada wartawan usai rapat konsolidasi di Asahan, Minggu.
Ia pun mengaku menerima berbagai keluhan dari pengurus ranting partai menyangkut tuduhan pengrusakan dilakukan oleh orang yang disuruh pengurus PDI Perjuangan.
Padahal, kata Hasto, hal itu sama sekali tak benar yang diketahui dari Plt. Ketua DPD PDI Perjuanga Provinsi Riau Rokhmin Dahuri langsung berangkat ke lokasi untuk mengecek kebenaran tuduhan itu.
"Pengurus ranting kami di Pekanbaru betul-betul tersinggung oleh pernyataan Saudara Andi Arief. Ketua Ranting PDIP di sana protes keras, kenapa tiba-tiba Andi Arief, tanpa melakukan kajian bersama-sama, tiba-tiba melontarkan tuduhan," ujar Hasto.
Alih-alih melontarkan tuduhan, ia menyarankan Partai Demokrat melaporkan dan menunggu penyelidikan pihak kepolisian.
"Jadi, bagi kami, lebih baik (Partai Demokrat) menempuh jalur hukum. Yang namanya pemimpin tidak perlu sedikit-sedikit menangis ya," kata dia.
Ada pun Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono saat berjalan kaki menyisiri Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru, melihat baliho dan atribut Partai Demokrat dirusak orang tak dikenal.
Ia menyayangkan kunjungan yang dilakukan saat tahun politik ke Riau diwarnai insiden tidak menyenangkan. Dia mengharapkan agar apa pun pilihan politiknya, setiap orang harus saling menghormati perbedaan.
Baca juga: Sekjen PDI Perjuangan tak persoalkan kotak suara karton
Baca juga: Djarot bandingkan pembangunan di Sumut era SBY dan Jokowi
Baca juga: Ibu-ibu berbagi kiat dan kendala jalankan industri rumahan
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018