Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa Industri kecil dan menengah (IKM) di Provinsi Riau masih menjadi sektor andalan dalam menunjang roda perekonomian masyarakat setempat, misalnya di bidang pengolahan makanan dan kerajinan tenun, di mana hingga saat ini iklim usahanya semakin prospektif dan kompetitif.
“Kami terus memacu IKM tenun di Riau dapat lebih tumbuh dan berkembang menjadi sektor unggulan. Sementara untuk IKM makanannya telah mampu berkontribusi cukup besar dalam menopang ekonomi daerah,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Airlangga menyampaikan hal itu saat kunjungan kerja di Riau, di mana Dirjen IKM Gati Wibawaningsih dan Kepala Dinas Perindustrian Prov. Riau Asrizal turut mendampingi.
Kementerian Perindustrian mencatat, pada tingkat nasional, IKM makanan dan minuman menyumbang hingga 40 persen terhadap produk domestik bruto IKM secara keseluruhan, dan mampu menyerap tenaga kerja mencapai 42,5 persen dari total pekerja di kelompok IKM.
Saat ini, jumlah IKM lebih dari 4,59 juta unit usaha dengan telah melibatkan sebanyak 10,57 juta orang sebagai tenaga kerjanya.
Sedangkan, jumlah sentra IKM tenun yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia mencapai 369 sentra yang menaungi sebanyak 16.971 unit usaha.
Kain tenun sebagai salah satu produk wastra Nusantara andalan, mampu menjadi penyumbang devisa negara yang cukup signifikan. Ini terlihat dari nilai ekspornya pada tahun 2016 yang menembus 2,6 juta dolar AS dengan negara tujuan utamanya ke Belanda.
Di Bumi Lancang Kuning, Menperin meninjau gerai Mimie, IKM makanan yang memproduksi Bolu Kemojo, panganan khas masyarakat Pekanbaru.
“Ini salah satu pelaku IKM yang mendapatkan program restrukturisasi mesin produksi dari kami, dengan mendapatkan potongan harga Rp178 juta,” ungkapnya.
Ketika melihat proses produksinya, Airlangga mengapresiasi langkah Nurlela Sari sang pemilik gerai Mimie yang ingin terus berinovasi dan meningkatkan kapasitasnya dengan memakai teknologi terbaru.
“Upaya ini sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0 yang tengah kita gaungkan,” imbuhnya.
Sementara itu, Lela menyampaikan terima kasih kepada Kemenperin yang telah memfasilitasi program restrukturisasi mesin guna meningkatkan produktivitas usahanya.
“Sebelumnya, sehari kami membuat bolu sebanyak 4.000 pcs, sekarang bisa menjadi naik tiga kali lipat,” ungkapnya.
Hal tersebut menjadikan dirinya siap menerima pesanan yang banyak karena lebih efisien. Selain itu 10 karyawannya tidak akan merasakan kelelahan.
“Selain ingin produksi dan omzet tinggi, kami juga harus memikirkan yang kerja, karena semuanya perempuan. Mesin baru ini sangat membantu,” tandasnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018