Bratasena, Lampung (ANTARA News) - Kincir air kini berputar dengan gagahnya memastikan aliran air bagi udang yang dikembangbiakan di tambak Bratasena, Kabupaten Tulangbawang Lampung.

Pagi itu, sejumlah petambak bersemangat mendatangi tambak mereka untuk melihat udang Vannamei yang telah dikembangbiakkan sejak dua bulan lalu.

Petambak juga mengelilingi areal tambak untuk memastikan kincir air berputar dengan baik dan udang-udang mereka berkembangbiak.

Itulah gambaran tambak yang dikelola oleh 110 petambak mitra binaan Pertamina bersinergi dengan Perikanan Indonesia (Perindo) sejak 2017, di mana saat itu dana Rp8.550.000.000 disalurkan untuk kebutuhan pengembangan tambak udang.

Salah satu mitra penerima penyaluran dana kemitraan yang pertama, Yono, kini menemukan semangat dan energi baru dalam membudidayakan udangnya.

"Bersyukur, sebagai mitra kami dipermudah mulai dari mekanisme bunga rendah, hanya tiga persen, ini membuat kami semangat," katanya.

Bukan masalah nilainya, akan tetapi bantuan itu memotivasi mereka kembali untuk mencapai panen yang maksimal. Hingga saat ini, mereka sudah panen sekitar empat ton lebih dari tambak 5.000 meter persegi.

Yono menjelaskan dalam waktu 80 hari sejak penebaran bibit udang, udang sudah mulai dapat dipanen dengan rata-rata berat sudah mencapai 16 gram.

Setiap kali panen, para petambak bisa memperoleh pendapatan kotor hingga 70 juta rupiah.

Pada kesempatan lain, Pertamina kembali menyalurkan dana kemitraan bagi 404 petambak udang di Bratasena lainnya dengan total mencapai Rp31.423.120.000. Hal itu bagian dari sinergi BUMN dan komitmen bersama dengan Perindo, untuk mengembangkan tambak udang Bratasena dengan total 514 petambak.

Mitra petambak pada tahap pertama dinilai telah menjalankan amanah untuk menggunakan dana kemitraan dan mempertanggungjawabkan dengan baik.

Oleh karena itu, Pertamina melanjutkan program tersebut untuk verifikasi tahap kedua.

"Harapannya tetap sama, manfaatkan dana ini untuk pengembangan tambak udang di Bratasena, hasilkan panen yang baik, sehingga bisa meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan petambak dan masyarakat Bratasena," kata Region Manager Communication & CSR Sumbagsel, Rifky Rakhman Yusuf.

Petambak Bratasena yang terpilih menggunakan dana kemitraan tersebut diharapkan mengelola tambaknya dengan baik.

"Masih ada petambak yang belum merasakan manfaat Program Kemitraan. Kami harap yang sudah menerima bisa memanfaatkannya dengan baik dan tunjukkan bahwa program ini bisa berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat," tutur Rifky.

Direktur Utama Perindo Risyanto Suanda mengatakan sinergitas BUMN bentuk kemitraan strategis BUMN sebagai wujud program "BUMN Hadir Untuk Negeri".

"Sinergi BUMN hanya bentuk dukungan kami bagi petambak. Tapi, untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan petambak, bagi saya butuh sinergi yang baik dengan petambak itu sendiri. Ini permulaan yang bagus, dan untuk dapat berjalan dengan baik, perlu kerja sama. Saya kira dengan demikian target 200 ton per hari atau pun lebih saya yakin bisa tercapai," kata dia.

Direktorat Jenderal Budidaya Kementerian Kelautan Perikanan diwakili Kepala Balai Besar Budidaya Air Laut Sunarya membenarkan budi daya udang membutuhkan modal yang cukup besar.

Oleh karena itu, program kemitraan seperti ini bisa sangat membantu para petambak.

"Yang penting petambak sudah menunjukkan tanggung jawabnya dengan memaksimalkan hasil produksi. Sekarang targetnya jangan hanya angka, tapi untuk memenuhi ekspor. Ini tugas lagi, karena untuk ekspor dibutuhkan juga kualitas yang baik, bareng-bareng kita ciptakan Bratasena menjadi Bumi Udang Vannamei," katanya.

Target

Petambak udang Bratasena, Tulangbawang menargetkan produksi udang 200 ton per hari seperti saat masih bergabung dengan perusahaan komoditas tersebut, PT Central Pertiwi Bahari (CPB).

"Produksi petambak saat ini setelah tak bergabung dengan PT CPB sejak beberapa tahun lalu sebesar 350 ton per bulan," kata Ketua Forum Silaturahmi (Forsil) Petambak Bratasena, Cokro Edi Prayitno, di Tulangbawang, beberapa waktu lalu.

Masa kejayaan petambak udang beberapa tahun lalu dapat diraih meski tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan.

Para petambak yang tergabung dalam Forsil optimistis bahwa kejayaan petambak udang dapat diraih dengan pengembangan budi daya udang secara baik.

Tentu saja, mereka membutuhkan permodalan untuk mengelola tambak udang itu secara optimal

Oleh karena itu, pihaknya menjalin kerja sama dengan BUMN, yakni PT Pertamina yang bersinergitas dengan Perindo untuk mendapatkan dana kemitraan.

"Kami makin semangat, muncul motivasi baru di dalam diri kami untuk terus meningkatkan produksi udang kami. Saat ini, kami bisa memproduksi 350 ton per bulannya, target besar adalah 200 ton per hari, kami percaya kami bisa. Jujur, dengan hadirnya BUMN ini makin memberikan energi baru bagi semangat kami," kata dia.

Dana kemitraan itu, dibutuhkan petambak untuk budi daya udang mengingat biayanya cukup besar.

Ia mengakui cukup senang dan berterima kasih kepada PT Pertamina yang menyalurkan dana kemitraan sejak 2017 tahap pertama dan tahun ini yang merupakan tahap kedua.

Saat ini, para petambak secara mandiri menjalankan program kemitraan tersebut.

Mayoritas mereka yang kalangan petambak itu ingin mencapai masa keemasan lagi dalam hal produksi udang karena hal tersebut berpengaruh bagi kesejahteraan masyarakat setempat.*

Baca juga: Komoditas udang dinilai paling siap hadapi industri 4.0

Baca juga: 40 hektare tambak udang Kulon Progo raib termakan NYIA

Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018