Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu sore menguat tajam mendekati level Rp9.200 per dolar AS, karena sentimen positif dari penurunan suku bunga Fed Fund sebesar 50 basis poin membuat pelaku pasar makin emosi membeli rupiah. Nilai tukar rupiah naik menjadi Rp9.230/9.235 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.355/9.392 atau menguat 125 poin. Pengamat Pasar Uang, Edwin Sinaga di Jakarta, mengatakan, penurunan bunga Fed Fund sebesar 50 basis poin merupakan faktor yang memicu pelaku memburu rupiah. Penurunan suku bunga Fed Fund hingga menjadi 4,75 persen memicu rupiah naik tajam jauh mendekati level Rp9.200 per dolar AS, katanya. Kondisi ini, menurut dia, menunjukkan tanda-tanda indikator ekonomi AS melemah yang akan membuat pertumbuhan ekonomi negara tersebut makin melambat, katanya. Melambatnya pertumbuhan ekonomi AS membuat sejumlah negara pengekspor tujuan AS khawatir bahwa pendapatan mereka akan makin berkurang dan harus mencari pasar baru yang bisa menutupi berkurangnya pendapatan itu, ucapnya. Ia mengatakan, rupiah kemungkinan masih akan menguat lagi hingga mendekati level Rp9.100 per dolar AS, karena faktor sentimen pasar cukup tinggi. Apalagi kondisi ini juga didukung oleh akan masuknya investor asing ke pasar domestik yang mendorong rupiah terus menguat dan apabila tidak ada hambatan rupiah akan bisa mencapai level Rp9.000 per dolar AS, ucapnya. Namun, lanjutnya kenaikan rupiah diharapkan tidak terlalu cepat, karena akan membuat mata uang lokal itu kembali terpuruk dengan cepat. Karena itu, Bank Indonesia (BI) diharapkan bisa berperan di pasar, sehingga dapat membatasi pergerakan rupiah yang menguat, katanya. "Kami optimis rupiah akan kembali menguat pada perdagangan berikutnya melihat kecenderungan pasar yang cukup positif," katanya. Sementara itu, dolar AS di pasar melemah 0,25 persen terhadap yen menjadi 115,80, terhadap euro jadi 1,3976, dan euro terhadap yen jadi 161,70 atau turun 0,3 persen. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007