Jakarta (ANTARA News) - Organisasi penggiat lingkungan hidup Walhi memandang pemberitaan koran "The Strait Times" Singapura pada 22 April 2006, yang isinya menuduh Walhi terkait dengan organisasi teroris, sudah selesai dengan dimuatnya surat keberatan di versi Internet koran itu, Selasa (17/9). "Tapi kalau masih ada pihak-pihak yang mengutip berita `The Strait Times` dan menuduh Walhi terlibat aksi teroris atau organisasi teroris, maka kami tidak akan segan-segan menempuh upaya hukum terhadap siapa saja yang bermaksud mendiskreditkan Walhi," kata Ketua Dewan Nasional Walhi, Johnson Panjaitan, di Jakarta, Rabu. Lebih lanjut ia menegaskan bahwa tuduhan yang mendiskreditkan Walhi dan ditulis oleh John Mcbeth itu telah dikutip oleh Senator Ian MacDonald dalam rapat Senat Australia pada 9 Agustus 2007. Dengan menyebutkan Walhi sebagai organisasi teroris, kata Johnson, masa depan organisasi bisa "habis" dan hancur karena isu terorisme sangat ampuh untuk memusuhi pihak-pihak lain. "Tuduhan yang sangat menggelikan dan tidak berdasar itu membawa dampak yang sangat besar terhadap citra Walhi, yang selama ini dikenal gigih melawan kerusakan ekologi dan perubahan iklim," kata Chalid Muhammad, Direktur Eksekutif Walhi. Menurut dia, tuduhan Walhi terkait dengan gerakan terorisme punya kaitan sangat erat dengan persidangan kasus pengrusakan ekologi yang menyeret PT Newmont Minahasa Raya (NMR). Chalid menjelaskan, Direktur NMR Richard Ness mengirimkan surat kepada organisasi jejaring Walhi di Australia, yaitu "Friends of Earth" (FoE) Australia. Surat itu berisi tuduhan bahwa Walhi beraliansi dengan organisasi teroris di Indonesia, surat juga ditembuskan kepada Dubes Australia untuk Indonesia di Jakarta dan Senator Ian MacDonald. "Surat Richard Ness melampirkan artikel `The Strait Times` yang mengaitkan Walhi dengan FUI, MMI, dan Mer-C," katanya. Tindakan pihak Ness, yang dituntut secara hukum oleh Walhi telah merusak ekologi Teluk Buyat, ini disebut Chalid sebagai tindakan yang berlogika sesat dan berniat membunuh karakter Walhi serta individu-individu yang bergerak di Walhi. Setelah mengajukan protes, akhirnya "The Strait Times" menampilkan surat keberatan Walhi di situs interaktif koran tersebut pada Selasa (18/9) kemarin. Selain itu surat yang ditulis oleh Chalid tersebut dibacakan dalam sidang Senat Australia, di Canberra, pada Senin (17/9). Pembacaan dilakukan secara resmi oleh Senator Faulkner dari negara bagian New South Wales. Pembacaan itu didengarkan oleh semua peserta sidang dan tercatat dalam catatan sidang Senat ("hansard"). Menanggapi pelanggaran kaidah jurnalistik profesional yang terjadi di artikel "The Strait Times", Heru Hendratmoko, Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) periode 2005-2008, menyebutnya sebagai "Kesalahan faktual yang akibatnya sangat fatal". "Isu yang dituduhkan kepada Walhi ini sangat jauh dari isu realitas di bangsa Indonesia. Kami lebih baik mengarahkan energi besar kami untuk memerangi kerusakan ekosistem dan perubahan iklim," kata Chalid menegaskan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007