Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memahami reaksi atas penurunan suku bunga Fed-fund AS sebesar 50 basis poin (bps) membuat hampir semua "high-yielding currency" menguat terhadap dolar AS, sehingga diperkirakan memacu kembali terjadinya "carry trade" menuju negara-negara "high-yielding currency", kata deputi gubernur BI yang baru terpilih, Budi Mulya, di Jakarta, Rabu. "Dengan keputusan the Fed itu memperlebar selisih keuntungan antara aset dolar AS dan aset 'highh-yielding currency', sehingga diperkirakan mendorong kembali 'carry trade' menuju 'high-yielding currency'`," katanya. "High-yielding currency" adalah mata uang suatu negara yang memberikan keuntungan tinggi akibat adanya selisih tingkat suku bunga yang lebih besar di negaranya dibanding negara lain. Dengan adanya "high-yielding currency" tersebut terjadi "carry trade", yaitu perilaku pelaku pasar yang meminjam aset dalam mata uang negara yang memberi bunga lebih kecil untuk kemudian dialihkan ke mata uang negara yang memiliki bunga lebih besar. Lebih lanjut Budi mengatakan BI sendiri terus mencermati perkembangan pasar, di mana rupiah Rabu pagi dibuka menguat. Ia mengakui, keputusan `The Fed` itu faktor penting, selain faktor-faktoir penting lainnya, seperti perkembangan harga-harga komoditas global dan harga-harga di domestik. "Yang penting, BI selain mencermati perkembangan ini, juga terus mengarahkan ekspektasi publik dan pasar pada pencapaian target inflasi yang rendah dan stabil ke depan," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007